Minggu, 27 Juni 2021

Agus Kodri @AgusKodri2: CERDAS BANGSAKU! Bung Karno, Presiden RI pertama, nyatakan, “Negara Kesatuan ialah Negara Kebangsaan.” (TUBAPI, hal. 422). BANGSA INA pondasi NKRI. MPR, Lemb Bangsa, itu Lemb Tertinggi Negara, melakukan sepenuhnya kedaulatan rakyat! NKRI HRS KEMBALI KE PANCASILA&UUD ’45 18/08/1945.

Hendrajit: Probabilitas & Kausalitas

[11:56 AM, 6/26/2021] Hendrajit: Manusia itu biasanya males mengundang probabilitas, sehingga hidupya flat flat saja. Karena dipikirnya hidup itu linear dan flat flat saja. Sehingga lebih memberhalakan kausalitas (sebab dan akibat) ketimbang probabilitas yang membuka berbagai kemungkinan baru.
Alexander fleming nemu penisilin justru pas iseng2 bersihin rak buku. Bukan pas  bertekun di laboratorium yang justru  kegiatan rutinnya sehari-hari. Ketika jenuh dengan rutinitas dalam penelitian dan eksperiman di laboratorium tapi nggak ada hasil yang wow, maka dia putuskan dua hari menjauh dari rutinitas.
Maka, dia putuskan untuk bersih2 rak bukunya yang berantakan dan berdebu. Saat itulah dia menemukan sebuah enzim, yang mengingatkan pada pengalaman buruk bahwa gegara enzim ini peercobaan dia terdahulu gagal total. Karena terbunuh oleh enzim ini.
Namun, kilasan intuitif atau flash of insight seorang Fleming tiba-tiba menyala. Lho, sebentar-sebentar, jangan2 justru ini yang selama ini saya teliti tapi nggak nemu2. Inilah zat yang bisa membunuh kuman2 penyakit. Kelak, penisilin jadi bahan untuk membuat obat anti-biotika.
Apa terus secara kausalitas fleming nemu penislin disebabkan bersihin rak buku? Hehee. Bukan. Keputusan Fleming membersihkan rak bukunya, itulah namanya probabilitas.
Maka ketika dua hari kemudian Fleming kembali ke rutinitas kerja laboratoriumnya, dia kembali bekerja dengan sebuah sudut pandang baru dan kerangka pemikiran baru. Maka lewat penelitian dan temuan dia, penisilin sekarang kita kenal dengan obat anti-biotika.
Probabilitas Fleming, melahirkan hubungan kausalitas atau sebab-akibat

[11:57 AM, 6/26/2021] Hendrajit: Tulisanku ini mungkin bisa menginspirasi teman2, agar dalam gerakan memperjuangkan kembalinya UUD 1945, menggunakan probabilias ala Alexander Fleming. Soalnya saya lihat gerakannya kayak jalan di tempat dan asyik sendiri. Akhirnya cenderung linear seperti gerak garis lurus. Lebih ke kausalitas ketimbang probibilitas

[12:08 PM, 6/26/2021] Bagus Taruno: Linier vs non-linier

Kausalitas vs imajinasi

Exact (kepastian) vs probabilitas (kemungkinan)

Analisis vs sintesis

Divide vs integrasi

[12:16 PM, 6/26/2021] Laode Abd Gani: Kalau kita gunakan approachnya Axander Fleming, masalah bangsa negara ini akan selesai bahkan udah selesai bung Bagus Taruno Legowo. Ini kendala umum kita hari ini bung mmng itu cara pikir dan bertindak.Tapi masalahnya bukan semua kita tdk tau approach Axander Fleming tetapi akibat tdk ada rambu hukum yg bisa melindungi cara Fleming. Termasuk bung Taruna Legowo dan group group lain adalah pihak pihak yg tau the Fleming approach tsb.The death of experth adalah kuncinya. Mati dan dimatikan karena ruang gerak inovasi tanpa perlindungan hukum adalah stop dininya suatu ide. Vacxin nusantara hari masih ngos ngosan hidup mati karena political Will aspect hukum.Mhn maaf bila sy salah memahami bung Taruno .

[12:18 PM, 6/26/2021] Laode Abd Gani: Menyelesaikan masalah tdk harus selalu pendekatan linear.

[12:45 PM, 6/26/2021] Bagus Taruno: Iya. Anda dan mas Hendrajit, benar, bung Gani.

Di bangsa kita ini di saat jni kurang menghargai sebuah karya, dalam bentuk apapun, apalagi yg bernuansa inovatif. Padahal jika merunut sejarah tradisi dan kultur bangsa ini bangsa ini dimasa Lalu sesungguhnya sangat kaya dg karya² original yg sangat² inovatif.

Entah mengapa dan bagaimana bangsa ini saat ini miskin inovasi dan kurang menghargai inovasi. Jika ada info² inovasi karya anak bangsa belum² sudah dicibir, tanpa diberi ruang untuk mendengar atau menyimak karya² itu dan menilai seberapa inovatif karyanya.

Banyak sekali simbol² inovasi bangsa ini dimasa lalu diadop dan justru bisa dikembangkan oleh bangsa lain ketimbang oleh bangsa sendiri.

Harus ada ikhtiar menumbuhkan budaya inovasi dan menghargai karya² inovasi (dalam bentuk apapun), menguji dan kemudian menilainya. Jika bagus dan manfaat, tdk ada salahnya jika dikembangkan dan di fasilitasi.

[12:49 PM, 6/26/2021] Bagus Taruno: Panca Sila, UUD 1945, Negara Kepulauan yg bermuara pd UNCLOS yg melahirkan ZEE adalah karya² inovatif terakhir bangsa ini yg bernilai besar dan diakui dunia, sebelum kemudian mengalami decline.

Sebenarnya masih banyak inovasi² yg bernilai lainnya, hanya saja negara tdk merasa itu penting dan dijadikan inspirasi untuk anak bangsa yg lain agar jg menumbuhkan jiwa² inovasi dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...