Jumat, 20 Agustus 2021

Tanggapan --- via Effzar ZA: Mengenal Penyusun Muqoddimah UUD 1945, Ki Bagus Hadikusumo

[11:13 PM, 8/19/2021] Bagus Taruno: Ki Bagoes Hadikoesoemo tidak terlibat dalam penyesunan naskah Piagam Djakarta yang menjadi naskah awal sebelum menjadi Preambule.

Piagam Djakarta disusun oleh Panitia 9, dimana Ki Bagoes Hadikoesoemo tidak masuk sebagai anggota Panitia.

Sekalipun demikian, sangat benar beliau yang mengkritisi rumusan 'sila pertama' Panca Sila dalam Piagam Djakarta sejak disampaikan pada Sidang II BPUPKI (10-17 Juli 1945) oleh Ketua Panitia 9, Ir. Soekarno. Jadi naskah Preambule atau Mukadimah atau Pembukaan, total yang menyusun adalah Panitia 9 tanpa keikutsertaan Ki Bagoes Hadikoesoemo yang pada saat pembentukan Panitia 9 (yg mengubah komposisi keanggotaan dari 8 (dimana Ki Bagoes jg anggota di Panitia 8) menjadi 9 agar ada keseimbangan antara dua golongan) sedang ada d…


[12:23 AM, 8/20/2021] Dharmo L. Mertaperwira: Ikut nimbrung nih mas Bagus. Adalah benar Ki Bagus Hadikusumo tidak terlibat dalam penyusunan naskah piagam jakarta 22 juni 1945. Namun, usulan Ki Bagus Hadikusumo mengenai dasar negara kalau Indonesia merdeka seperti yang diminta oleh Ketua BPUPKI yakni, Dr. Radjiman Wedyoningrat. Kemudian, Ki Bagus meminta/ usul kepada pimpinan sidang BPUPKI, dasar negara kalau Indonesia merdeka yaitu, Islam/ Syareat Islam sebagai dasar negara Republik indonesia.

Tersusunnya piagam jakarta dikarenakan adanya 4 tokoh bangsa/ The Founding Father (Prof. Muhammad Yamin, Prof. Soepomo,   Ki Bagus Hadikusumo, dan Ir. Soekarno yg masing2 memiliki rumusan dasar negara yg "berbeda". Maka, Dr. Radjiman Wedyoningrat menunjuk Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta dkk untuk ke empat rumusan dasar negara tsb menjadi satu dan utuh. Oleh karena itu pada tgl 22 juni 1945 lahirnya pancasila dengan sila pertama menjadi, "Ketuhanan dengan menjalankan syareat Islam bagi pemeluk pemeluknya".

Jadi, anak kalimat tujuh kata tsb diatas adalah sumbangsih  dari Ki Bagus Hadikusumo sebagai tokoh Islam yg sangat revolusioner pemikiran nya pada zaman itu.

Demikian menambahkan sedikit sejarah sidang BPUPKI/PPKI mengenai dasar negara kalau Indonesia merdeka.

Wasalam, Dharmo L. Mertaperwira.
Koordinator PERMAK (Perhimpunan Masyarakat Pecinta Keadilan).


[10:19 AM, 8/20/2021] Alvin Yudistira: Mohon ijin ntar sy cantumkan jg di blogspot , Pak Dharmo 🙏🇮🇩


[1:29 PM, 8/20/2021] Bagus Taruno: Maturnuwon tanggapannya, mas Dharmo.

Benar bbrp tokoh (sprt yg njenengan sebut) memang mengemukakan usulan masing² terkait permintaan Ketua BPUPKI utk menjawab pertanyaan "apa dasar Indonesia merdeka?". Yang terakhir menjawab adalah Ir Soekarno, pd hari terakhir sidang I, 1 Juni 1945.

Selanjutnya krn sampai hari terakhir sidang blm ada kesepakatan dan keputusan ttg dasar Indonesia merdeka, maka dr. Radjiman Wediodiningrat kemudian membentuk Panitia Kecil berjumlah 8 orang yang ditugasi menindak lanjuti dan merumuskan risalah ttg rumusan dasar Indonesia merdeka. Diketuai oleh Ir. Soekarno, dan diantaranya ada Ki Bagus Hadikoesoemo.

Saya blm mendapatkan data otentik apakah Panitia 8 ini sdh sempat rapat atau tidak. Yang pasti Panitia Kecil berjumlah 8 or…


[1:35 PM, 8/20/2021] Bagus Taruno: Pada saat rapat Panitia 9, sangat wajar terjadi perbedaan bukan hanya pendapat dan pandangan, termasuk kehendak dan keinginan.

Golongan Islam tentu berkehendak menjadi Islam sebagai dasar dari Indonesia merdeka.

Sementara golongan kebangsaan menghendaki negara tidak bersasarkan agama (apapun), termasuk Islam.

Ir. Soekarno sebagai ketua, berusaha keras mendamaikan dan mencari titik temu dari pemikiran dan kehendak dari kedua golongan ini. Tentu tidak mudah.

Ketika membahas dasar kedua sampai kelima, relatif mudah menyamakan pandangan. Giliran saat mendiskusikan rumusan dasar pertama, yakni tentang ketuhanan, mulai timbula benturan.


[1:36 PM, 8/20/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: Biarkan yang sudah terjadi sebagai bahan pembelajaran bagi generasi penerus. Campur tangan Allah bahwa lepasnya Tim-tim adalah membawa hikmah bahwa mereka tidak tahu terimakasih atas apa yang dilakukan Indonesia disana, sekarang sebagian besar masyarakat ingin kembali dibawah  NKRI


[2:05 PM, 8/20/2021] Bagus Taruno: Setelah berdiskusi dan berdebat secara terbuka dan mendalam, maka kemudian untuk saling memberikan ruang pada kedua golongan itu, Ir. Soekarno kemudian mengusulkan frasa 'dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk2nya'.

Sekalipun belum juga ditemukan dokumen yang menunjukkan kebenara premis saya di atas, tetapi adalah sangat logis usulan tersebut datang dari Ir. Soekarno, karena beliau adalah Ketua PPKI, yang dengan sendirinya melekat fungsi menjembatani dan  mencari rumusan2 yang bisa diterima oleh kedua golongan yang mengalmai benturan pemikiran. Munculnya sangkaan dari orang luar anggota BPUPKI justru aneh dan menimbulkan pertanyaan yang kritikal. Misalnya bagaimana bisa Ki Bagoes bisas mengusulkan frasa tersebut? Apakah mereka yang di Jakarta berkomunikasi dengan Ki Bagoes yang ada di Yogya kemudian Ki Bagoes menitipkan frasa tersebut? Ini beberapa pertanyaan, dan mungkin masih banyak pertanyaan2 lain yang bisa diajukan.

Tetapi sebaliknya jika itu dinisbahkan kepada Ir. Soekarno, menjadi relatif lebih mudah untuk diterima karena beliau adalah Ketua, yang harus bisa berdiri sebagai orang yang tidak memihak di antara kedua golongan, meskipun beliau termasuk pada salah satu dari kedua golongan tersebut.

Dan saat Ir. Soekarno menyampaikan pada Sidang II BPUPKI pd 10-17 Juli 1945, beliau bisa menyampaikan secara gamblang apa saja yang telah dihasilkan oleh Panitia yang dibentuk oleh Ketua BPUPKI pada Sidang I sebelumnya, lengkap dengan kronologi, termasuk pengubahan Panitia Kecil menjadi Panitia 9 beserta alasan2nya.

Jika mas Dharmo ada data otentik, monggo mas disampaikan untuk melengkapi pengetahuan kita semua, untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.

Ki Bagoes adalah salah satu orang yang pertama yang mengkritisi susunan rumusan pada dasar pertama Panca Sila dalam Piagam Djakarta tersebut. Dan Ir. Soekarno mempertahankan rumusan itu karena dianggap oleh beliau sebagai capaian kompromi dan gentlement agreement antara dua golongan, Islam dan kebangsaan. Ki Bagoes mengkritisai karena dianggap beliau sebagai aneh, di dalam suatu negara ada dua landasan (dasar) bagi terbentuknya hukum yang akan diberlakukan. Beliau berpikiran, hendaknya di suatu negara berlaku hukum yang satu dan berlaku untuk semua.

Pengkritisan dari Ki Bagoes ini pada akhirnya terbukti, dan kemudian menjadi dasar saat disampaikan rakyat Indonesia bagian timur akan keluar jika rumusan dasar pertama itu tetap digunakan.

Itulah dinamika pemikiran para founding fathers kala itu.
 
[12:03 AM, 8/21/2021] Dharmo L. Mertaperwira: Coba jenengan baca buka Risalah sidang BPUPKI dan PPKI terbitan Sekneg. Barangkali buku tsb bs memperkaya khasanah pikiran kita. Tksh

[12:34 AM, 8/21/2021] Bagus Taruno: Apa yg saya tulis semuanya dan utamanya berdasar Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI yg ada dalam Dokumen AG Pringgodigdo yang sempat hilang 53 tahun. Masih berejaan lama, yakni Ejaan Van Peursen (oe, dj, tj, dll).


Rabu, 18 Agustus 2021

#2021HarusGantiPresiden Agus Kodri @AgusKodri2: #DIMENSIPANCASILA UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN NKRI: Apa kiranya manfaatnya?

Selasa, 17 Agustus 2021

dr Zulkifli S Ekomei @dokterzul: Belum Merdeka




[8:40 PM, 8/17/2021]
dr Zulkifli S Ekomei: Belum Merdeka

Oleh : Zulkifli S Ekomei

Di hari Jum'at bersejarah itu kalian Proklamirkan Kemerdekaan bangsa kita

Sebagian anak bangsa mensyukuri rahmat Allah memerdekakan bangsa ini

76 tahun sudah peristiwa bersejarah itu berlalu, ada juga anak bangsa yang mewarisi watak penjajah

Mereka mengobrak-abrik konstitusi yang menandai berdirinya negeri ini sebagai negara

Mereka bodohi kita dengan menyatakan bahwa konstitusi mereka sama dengan konstitusi kita

Hanya nama dan pembukaannya yang sama, selebihnya berbeda

Mereka tidak berani memakai nama lain untuk konstitusi yang mereka berlakukan, untuk menutupi jejak kejahatannya

Mereka bodohi, mereka tindas, mereka jajah bangsanya sendiri

Mereka pikir kita diam, mereka pikir kita menyerah

Mereka rampok sumber daya alam kita, mereka korupsi uang rakyat yang bukan hak mereka

Merah putih belum merdeka, merdeka bagi kita atau mereka?

Kita harus merdeka dalam kemerdekaan yang sesungguhnya

Jakarta, 17 Agustus 2021

https://youtu.be/P1oAW_TVCJM

#JokowiGagalUrusNegara #76TahunIndonesiaMerdeka Bagus Taruno: Hari ini adalah hari Kemerdekaan Indonesia. Bukan hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dirgahayu Indonesia Ke-76.

Senin, 16 Agustus 2021

Jusuf Mahdi: 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia, Belum Menyentuh Pengisian Cita-Cita Dan Tujuan Kemerdekaan

[7:01 PM, 8/16/2021]
Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️ 76 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA, BELUM MENYENTUH PENGISIAN CITA-CITA DAN TUJUAN  KEMERDEKAAN. ❤️🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Tahun 2021 ini, kita telah memasuki 76 tahun kemerdekaan bangsa dan berdirinya NKRI.

Perjalanan panjang bangsa yang memiliki wawasan kebangsaan yang telah disuratkan dan disiratkan dalam Pembukaan UUD 1945 oleh para founding father untuk berkehidupan meraih kemuliaan dan kebahagiaan yang setara dan sederajat dengan bangsa dan negara lain di dunia dalam persaudaraan (brotherhood)  yang penuh kasih sayang dan saling menghormati.

Pedoman berkehidupan (way of life)  Bangsa Indonesia telah diaplikasikan dalam  rumusan Pancasila yang memiliki nilai dan inti luhur untuk berkegiatan sebagai manusia dalam tatanan berbangsa dan  bernegara

Mengisi dan mewujudkan cita-cita dan tujuan kemerdekaan tergantung peran manusia yang dipimpin oleh pemimpin yang memiliki watak dan karakter yang bersih, jujur dan amanah.

Selama 76 tahun kemerdekaan Indonesia, telah terjadi periode kepemimpinan, dimulai era orde lama dibawah Bung Karno yang implementasi pengisian cita-cita:dan tujuan kenerdekaan menjadi bias dengan adanya dan  masuknya partai  komunis PKI  dalam ranah politik tata pemerintahan dengan trik ABS yang melemahkan BK dalam menentukan kebijakan nasional, BK bersifat otoriter, yang disusul dengan upaya kudeta yang kesekian kalinya oleh PKI pada tahun 1965, yang dapat digagalkan dan nenyebabkan turunnya BK.
.
Era selanjutnya adalah Orde Baru dibawah kepemimpinan pak Harto, seorang jenderal AD. Dengan berjalannya waktu, pak Harto menerapkan pengawasan di semua lini eselon tata pemerintahan untuk membendung masuknya pengaruh sisa-sisa PKI untuk berada dalam pemerintahan. Sayangnya beliau terlalu percaya pada keturunan Cina dengan membuka kran dan fasilitas perekonomian sehingga  dikuasai mereka. Pak Harto menerapkan cara totaliter untuk menguasai berbagai sektor dan lini bidang kehidupan oleh kroni-kroninya, dan korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi marak dan akhirnya beliau terlalu nyaman menikmati jadi presiden selama 32 tahun dan lupa menyiapkan kader penggantinya. Orang sekitar pak Harto selalu mengiyakan kebijakannya, tidak berani mengkritik dan dengan pemeo : "Apa kata bapak presiden ..!!" semua jadi yes men, anak mama yang duduk manis di zona nyaman.

Era selanjutnya adalah era reformasi yang telah daoat menjatuhkan pak Harto dari kekuasaan. Reformasi yang membawakan aspirasi mahasiswa dan massa, ternyata tidak memiliki wawasan strategik   ke depan (visionary strategically grand design) dan dengan adanya amandemen UUD 1945, membuat manajemen pengelolaan tata pemerintahan dan tata kenegaraan menjadi amburadul, korupsi makin menjadi-jadi, dan selama 22 tahun reformasi tidak ada manfaat yang dirasakan rakyat dalam berkehidupan.
Pemerintahan jadi rebutan untuk berkuasa, partai jadi alat meraih kekuasaan tidak lagi berpihak dan memperjuangkan kepentingan rakyat  Korupsi dilakukan berjamaah, ekonomi di Indonesia dikuasai kelompok cina taipan, korupsi dalam jumlah triliunan aman dilarikan ke luar negeri, hukum bisa dibeli, aparat banyak jadi kacung cina, keadilan sudah hilang entah kemana.
Banyak yang nggak  tahu apa yang harus dilakukan untuk mengisi kemerdekaan dan mewujudkan cita-cita dan tujuan kemerdekaan.
Watak dan karakter, jati diri dan kepribadian SDM tidak memiliki kinerja untuk menghadapi tantangan, tidak punya risk and sense of  conflict management, dan tumpang tindihnya  tugas dan wewenang berbagai lembaga pelaksana kegiatan.

Mari pertanyakan apa sebenarnya materi pengisian kemerdekaan itu. Sudahkah kita membuat rencana, program dan tahapan untuk pelaksanaannya??
Kita bisa mengevaluasi bahwa kebijakan pemimpin saat ini banyak dibuat asal jadi, tanpa dikaji secara logik, komprehensif, ilmiah dsb  Kerusakan alam dan lingkungan yang menyebabkan hilangnya paru-paru dunia untuk mencegah bolongnya lapisan ozon oleh efek rumah kaca melalui adanya hutan di Kalimantan, Sunatera dll dikalahkan oleh kepentingan sesaat dengan membuat perkebunan kelapa sawit, penambangan SDA dsb.

Masih banyak contoh dimana kita harus berpikir jauh ke depan agar anak, cucu, cicit dan generasi penerus bisa berkehidupan yang sejahtera lahir batin, aman tentram, kerta raharja di negeri yang gemah Ripah loh jinawi, baldatun toyyibatun warrobbun ghafuur

Semoga kita segera keluar dari segala masalah dan barokah Allah' SWT terlimpah kepada kita. Aamiin ya rabbal alaamiin

🇮🇩🇮🇩❤️❤️🌹🌹🇮🇩🇮🇩

vssmatc,SBY,17082021

Jumat, 13 Agustus 2021

Bagus Taruno >Fwd: Rokok Klobot Dan Harga Diri Anak Bangsa




[1:53 PM, 8/13/2021]
Bagus Taruno >Forwarded: ROKOK KLOBOT DAN HARGA DIRI ANAK BANGSA

Masya Allah

Pada bulan Desember 1949, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang digelar di Den Haag, Belanda.

Dalam sesi rehat, semua orang terganggu karena ruangan dipenuhi asap yang beraroma rempah terbakar. Semua mata tertuju pada seorang pria tua berjanggut yang sedang merokok di pojok ruangan.

Rokok klobot campuran dari tembakau, cengkeh, dan lada.
Delegasi AS perlahan mendekati pria tersebut yang tampak acuh tak acuh meski diperhatikan semua orang. Seketika itu juga beberapa orang dari Delegasi Belanda, Australia, dan Swedia ikut menghampirinya.
"Apa Tuan tidak punya rasa hormat?" ujar Delegasi Belanda.

Pria tua berjanggut itu hanya tersenyum seraya mengembuskan asap rokok yang membentuk huruf O.
Pria tua itu menjawab: "Apa maksud Tuan dengan rasa hormat?"

"Asap dan aromanya itu (rokok) sangat menyengat, mengganggu kami semua," jawab orang Belanda.

"Tahukah Tuan, aroma itu berasal dari tembakau Deli, cengkeh dari Sulawesi, lada dari Lampung. Ketiga komoditas itulah yang mendorong Tuan beserta balatentara Tuan datang ke negeri kami dan akhirnya menjajah kami. Tanpa ketiga komoditas itu, apa Tuan masih mau datang ke negeri kami?" ucap  pria tua itu dengan santun dalam bahasa diplomat berkelas.

"Ya, tapi ini 'kan tempat terhormat? Tidak ada tempat merokok di sini", jawab orang Belanda.

"Kami memang tidak pandai menciptakan tempat bagi orang terhormat, tetapi kami mampu beramah-tamah sekian ratus tahun dengan orang yang menjarah negeri kami. Apakah itu kurang cukup mengajarkan Tuan tentang rasa malu?" jawab pria tua itu lagi.

Kemudian pria tua itu menatap ke semua orang yang mengerumuninya, "Setujui dan akui sajalah kedaulatan negeri kami, maka Tuan-tuan tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti saya lagi. Tempat terhormat ini tidak akan lagi tercemar dengan asap beraroma tembakau, cengkeh dan lada," tuturnya.

Orang Belanda itu tersipu malu. Sementara para Delegasi AS, Australia dan Swedia bertepuk tangan sebagai ungkapan rasa hormat.

---
Siapakah tetua itu?
Ia adalah H. Agus Salim, Bapak Pendiri bangsa Indonesia.
Beliau menguasai 6 bahasa. Diplomat yang seumur hidupnya melarat untuk pengabdiannya kepada kemerdekaan RI. Pada tahun 1953, ia dipercayai menjadi dosen selama setengah tahun di Cornell University, AS._

---
Proklamasi itu kemerdekaan secara de facto, namun secara de jure orang-orang terbaik bangsa mati-matian memperjuangkannya di Den Haag, Belanda.

Begitulah cara H. Agus Salim menghadapi penjajah beserta kacungnya yang mengatasnamakan "INTERNASIONAL"

---
Semua orang itu sama. Punya rasa takut, baik itu kepada Tuhan, sesama manusia maupun bencana alam.

Orang yang kita lihat hari ini berani karena dulunya sering diintimidasi oleh rasa takut. Karena sudah biasa menghadapi rasa takut, akhirnya mereka mampu mengendalikan rasa takutnya menjadi kekuatan untuk berani.

Copas
(AP)

Kamis, 12 Agustus 2021

Jusuf Mahdi: Pratoli Maritim TNI-AL Sebagai Penunjang Early System Detection NKRI




[5:05 AM, 8/12/2021] 
Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩🌷 PATROLI MARITIM TNI-AL SEBAGAI PENUNJANG EARLY SYSTEM DETECTION NKRI 🌷🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Sebelum membahas lebih lanjut judul diatas marilah kita mengadakan evaluasi terkait hal sebagai berikut :

Apa benar Indonesia negara maritim??
Dimana penetapan secara hukum tentang hal  tersebut??

Apa ada wawasan maritim Indonesia??
Apa ada konsep kemaritiman Indonesia??

Negara  Indonesia adalah negara berbentuk NKRI

Apakah NKRI berarti :

a. Negara kesatuan Kepulauan RI
b. Negara kesatuan Kelautan RI
c. Negara kesatuan Kemaritiman RI
d. Negara kesatuan Kebersamaan RI
e. Negara kesatuan Komunitas RI
f. Negara kesatuan Keberagaman RI
g. Negara kesatuan Kerakyatan RI

Cobalah juga dicermati arti Negara Kesatuan RI, apa yang menjadi dan menyebabkan adanya kesatuan dimaksud.

Anda boleh saja mengira bahwa saya mengada-ada dengan point--point diatas, tetapi cobalah dikaji dengan cerdas,  logik, ilmiah dan  komprehensif  sehingga dapat diambil kesimpulan yang mudah dipahami oleh generasi penerus kita.

Kembali ke topik, sebuah bangsa dan negara harus memiliki wawasan yang jelas tentang apa tujuannya bernegara yang diwujudkan dalam manajemen sistem pengelolaan ketatanegaraan dan ketatapemerintahan.
Untuk bangsa Indonesia cita-cita dan tujuan kemerdekaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat telah disuratkan dan disiratkan dalam Pembukaan UUD 1945, yang bersifat lokal, regional, nasional, global dan universal.
Warisan dari para founding fathers yang penuh makna bagi bangsa Indonesia dalam berkehidupan.

Baiklah saat ini kita berasumsi bahwa kita adalah negara yang . berwawasan maritim. Maka wilayah  kedaulatan negara kita adalah meliputi seluruh wilayah daratan, dirgantara dan lautan sampai batas laut ZEE. Wilayah yang laut merupakan sarana pemersatu dan penghubung serta pengikat yang erat dari seluruh bagian kepulauan Indonesia.

Laut yang terdiri dari perairan daerah dalam wilayah, ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), laut jalur pendekat, selat antara pulau, laut ZEE yang harus menjadi  pembelaan yang berkelanjutan.

Untuk itu penjagaan wilayah harus dilakukan, terutama di daerah lautan sebab musuh datangnya melalui laut. Disinilah peran dari TNI-AL. sebagai garda terdepan bela negara. Maka gelar kekuatan AL sebagai penangkal AGHT harus cukup canggih, dapat mengamati dan melindungi wilayah maritim Indonesia. Salah satunya adalah dimilikinya patroli udara maritim sebagai early warning detection system yang dapat secara cepat mengantisipasi penyusupan, infiltrasi, subversi, pengumpulan data intelijen, terutama yang disusupkan musuh melalui laut, baik dari permukaan maupun dari bawah laut. Pada akhir-akhir ini hal tersebut terbukti dengan ditemukannya drone, pesawat tak berawak dan sea glider dari Cina yang jatuh dan terdampar di perairan dan wilayah pantai Indonesia.
Juga masuknya berton-ton narkoba dari Cina yang jelas melalui laut, imigran gelap yang menyamar jadi TKA, PSK asal Cina dsb adalah kelemahan kita dalam masalah deteksi dini terhadap berbagai kemungkinan yang berkembang.

Dari apa yang saya sampaikan di awal tulisan, maka apa yang saya kemukakan bukanlah reka pikir yang imaginer tetapi adalah prediksi yang  logik dan realistis

Diperlukan pemikiran yang cerdas dan komprehensif untuk membuat solusi yang implementatif dan berkemampuan menghadapi masalah.

TNI-AL harus dilengkapi dengan satuan skuadron udara patroli maritim, yang berkemampuan deteksi early warning yang  dapat dikirim melalui pangkalan dan kapal perang dalam rutinitas patroli.

Kita melihat sejarah bahwa dulu AL dilengkapi dengan pesawat TU-21,; Gannet, Albatros, Dakota, helikopter, dll

Tulisan dan pemikiran saya ini bukan disebabkan karena saya mantan perwira AL, tetapi sebagai seorang yang berwawasan maritim yang peduli kepada masa depan bangsa dan negara.

Dirgahayu 76 tahun kemerdekaan bangsa dan 76 tahun NKRI.

🇮🇩❤️🌷🌹🌻💐🌸🇮🇩

vssmatc, sby 12082021


Rabu, 11 Agustus 2021

via dr. Zamir Alvi: Yusdi Lastutiyanto: KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

[1:05 PM, 8/11/2021] Zamir Alvi:
KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

Dalam kehidupan ini siapapun orangnya, jabatannya atau kepintarannya tidak pernah lepas dari yang namanya Inner critics (kritik diri).

Mereka yang masih sadar bahwa mereka adalah mahkluk sosial, mahkluk yang punya harapan dan berinteraksi dengan orang lain, pastilah selalu berkomunikasi dengan dirinya.

Komunikasi dalam diri ini yang kemungkinan menyebabkan terjadi konfilk diri jika bagian dalam diri tidak menyadari apa maksud positif di balik setiap kritik.

Fritz Perls dengan Gestalnya mempermudah pemahaman kita tentang adanya konflik internal ini, dia membagi menjadi dua bagian sederhana yang disebut “Topdog” dan “Underdog.”

Topdog biasanya yang selalu merasa paling benar dan otoritas, dia tahu apa yang terbaik sebab apa yang dipikirkan seringkali tentang idealism dan hampir selalu benar dan ide-idenya muncul dari tuntutan social. Topdog ini sering kali mengharuskan diri untuk melakukan sesuatu, memutuskan sesuatu atau tidak menyetujui sesuatu. Topdog adalah bagian diri kita yang pandai memanipulasi diri dengan tuntutan atau ancaman, misalya; “kalau kamu tidak melakukan itu, maka kamu tidak akan dihargai’. “kalau kamu tidak menjalankan perintahnya, maka kamu akan menyesal dan akan jadi tidak berguna.”

Topdog berisikan tentang nilai dan keyakinan dalam hidup tentang idealism, bahkan idealism di atas idealisme. Seseorang bisa sangat kaku dan dengan sebuah nilai yang digenggamnya. Tapi harus diakui kehadiran Topdog ini bisa jadi memberdayakan, sebab ada motivasi dan harapan disana, ada pemaknaan tentang idealisme disana dan memegang teguh sebuah nilai bisa menjadi hal positif jika kita bisa menyeimbangkan dengan kecercasadan emosi dan intelektual.

Yang selanjutnya adalah bagian diri yang disebut “Underdog”, sifat manipulatif menurut Fritz yang memainkan peran pertahanan diri,  permintaan maaf, pemakluman dan menjadi korban. Underdog tidak punya kekuasaan. Underdog adalah Mickey Mouse dan Topdog adalah Super Mouse, kalimat yang sering diucapkan misalnya; “Saya coba melakukan yang terbaik’, “Ga apa-apa ah, kan saya sudah berbuat semampunya”, “saya sudah berniat baik.”, Underdog di ibaratkan sifat licik kita yang mencari celah agar diri kita nyaman.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Topdog dan Underdog berusaha mencari kontrol pada diri, yang satu membahas tentang expektasi dan yang satu adalah tentang realitas. Konflik internal ini terjadi setiap saat dalam dialog internal kita.

Konflik internal antara Topdog dan Underdog tidak akan pernah selesai, karena masing-masing berjuang untuk mempertahankan dirinya, mempertahankan nilainya dan keyakinannya dari proses pengalaman hidup.

Lebih lanjut banyak ahli yang menggunakan konsep lain tentang adanya bagian diri yang berkonflik ini, ada yang menggunakan istilah (Part) bagian dan (Ego State) ke-aku-an, yang kurang lebih maknanya adalah tentang perasaan, pengalaman dan ide yang ada dalam diri kita yang mempengaruhi cara kita berpersepsi sampai memutuskan seusuatu.
Dalam kajian psikoterapi konflik internal ini, biasanya di ajak berdamai dan rekonsiliasi diri sehingga setiap bagian bisa saling support, karena setiap bagian bekerja pada konteks tertentu dengan tujuan positif melindungi diri dari dunia internal.

Lalu bagaimana menyadari kondisi ini?

Yang pertama adalah memahami apa tujuan positif dari munculnya bagian dalam diri yang ingin beraktualisasi dan menunda misalnya, setiap bagian akan membawa kita kemana dan setiap bagian yang berkonflik membuat kita jadi apa, apa konsekuensi logis tiap pilihan dan adakah solusi lain jika konflik itu muncul, yang jelas ujungnya adalah bagaimana setiap bagian, entah itu Topdog dan Underdog bekerja berdasarkan kondisi yang dibutuhkan dan bisa saling support.

Dari Fritz Perls kita belajar, bahwa mengenali dan menyadari Inner Critics dan Inner Conflict membuat kita perlu terus belajar memahami diri, sebab perubahan di luar seringkali mempengaruhi kedalam diri.

Solusi yang diberikan Fritz selain tentang memahami maksud positif dari Topdog dan Underdog adalah dengan latihan “Mindfulness” hadir dan menghayati diri dari setiap respon, menyelami makna dan mengoprasikan diri seutuhnya berdasarkan konteks, sebab idealime itu penting dan memanusiakan diri juga penting, yang diperlukan adalah menyadari bahwa setiap pilihan dan keputusan sebaiknya membuat kita menjadi manusia lebih baik lagi.

Semoga Bermanfaat

Yusdi Lastutiyanto.Cht (IACT-USA).,CI
Pembelajar Hipnosis dan NLP

Jakarta. 11 Agustus 2021

Jumat, 30 Juli 2021

Jusuf Mahdi: Pembukaan UUD 1945 Sendi Utama Kehidupan Internal dan Universal Bangsa



[11:31 AM, 7/30/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: .🇮🇩❤️ PEMBUKAAN UUD 1945 SENDI UTAMA KEHIDUPAN INTERNAL DAN UNIVERSAL BANGSA ❤️🌹🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Allah SWT menciptakan makhluk manusia yang diturunkan ke muka bumi untuk hidup dan berkehidupan sebagai pemimpin, wakil Allah yang mengemban amanah untuk menegakkan kemuliaan sebagai  sebagian dari tanda kekuasaan Allah SWT Yang Maha Penentu segalanya

Untuk menjalani hidup dan kehidupan maka manusia sebagai makhluk sosial yang kemudian bermutasi menjadi bangsa harus memiliki pedoman baku sebagai wawasan yang berorientasi ke masa depan  Pedoman tersebut bagi bangsa Indonesia adalah Pembukaan (Preambule) UUD 1945 yang melingkupi  dimensi   internal dan universal, spiritual dan ragawi yang lengkap dan terarah..

Dalam alinea pertama tersurat dan tersirat bahwa : "Sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa" yang berarti .bahwa arti, makna, inti dan esensi  kata MERDEKA dan KEMERDEKAAN itu harus benar-benar dipahami.

MERDEKA yang berarti tidak terjajah secara lahir dan batin, memiliki kebebasan berolah rasa, jiwa, cipta dan raga untuk meraih kemuliaan diri sebagai makhluk Allah SWT.

KEMERDEKAAN yang berarti memiliki harkat, martabat, derajad sebagai diri yang sama dengan manusia / bangsa yang lain dalam persaudaraan, saling peduli dan menolong dalam kebajikan, kebaikan dan kebenaran dalam mengharap ridho dan barokah Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa didasari oleh peri kemanusiaan dan peri keadilan..

Dari pemahaman alinea pertama ini disadari bahwa kehidupan itu penuh tantangan yang harus dihadapi dengan perjuangan / survival yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup yang diharapkan, dicita-citakan, menjadi tujuan sebagai manusia yang merdeka seutuhnya dalam tatanan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Semua hal di atas tidak akan terwujud bila tidak atas berkat  Rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, sebab Dia lah segala penentu kehidupan manusia dan alam semesta.

Wawasan atau Visionary Strategical Grand Design bangsa sudah jelas dirumuskan dalam isi alinea ke empat dengan Pancasila sebagai way of life bangsa.

Dalam implementasi dari inti hal diatas, ada beberapa hal yang bisa dicermati secara cerdas, logik dan komprehensif yang berlaku internal dan universal, yaitu :

💧 COMMUNITY DEVELOPMENT, membangun jalinan kemitraan. Saat ini dilakukan Turki / Erdogan kepada negara-negara Afrika yang terpuruk dalam krisis ekonomi, bencana alam dll a.l Somalia, dsb dengan melunasi hutang negara tersebut kepada IMF dari dana Turki yang dipinjamkan kepada IMF
Dari sini Community Development, membangun komunitas sebagai persaudaraan antara sesama manusia diwujudkan secara tulus dan ikhlas.

💧 HARVESTY AND FORESTY DEVELOPMENT, membangun pemberdayaan potensi  pertanian, perkebunan, perikanan dll yang juga dilakukan Turki ke negara-negara Afrika agar bisa berkemampuan dan mandiri untuk dapat mengatasi masalah.

Apakah kita bisa menerapkan hal diatas untuk kita sendiri sehingga Ketahanan Nasional kita menjadi berkemampuan, berkualitas dan mandiri??

Harus selalu diingat bahwa kesejahteraan rakyat dapat dicapai bila faktor pendidikan dan kesehatan dapat menjadi keutamaan pemberdayaan nasional. Dengan hal ini maka akan dapat diberdayakan ketahanan ekonomi, pangan, industri dlsb sebagai Kekuatan Nasional yang berkemampuan, berkualitas dan mandiri sehingga bangsa mampu menghadapi tantangan jaman.

Marilah kita di era ini menjadi pahlawan di bidang pembangunan jiwa dan raga, watak dan karakter, moralitas dan mentalitas, akhlaqul karimah, jati diri yang bersih, jujur dan amanah, dalam tatanan clean government and good governance. Inilah arti dari  mengisi halaman dan rumah kebangsaan yang sebenarnya

Selamat mengenang para founding fathers yang telah tulus dan ikhlas berjuang demi kehormatan bangsa dan negara

❤️🇮🇩🌹🌹🌹🇮🇩❤️
jm,vssmatc,sby,09112020


[12:23 PM, 7/30/2021] Bagus Taruno: Membahas Pembukaan (preambule) UUD 1945 sebaiknya dibahas bersama² dg Teks Proklamasi, karena keduanya adalah loroloroning atynggal, dua yg tdk terpisah.

Satu tanpa lainnya tidak ada gunanya. Ibarat sayap burung, Indonesia tdk akan bisa terbang tinggi tanpa 2 sayap itu, yakni Teks Proklamasi dan Preambule.

Tanpa kedua dokumen tersebut dalam atunggal, Indonesia akan timpang, dan pemahaman selanjutnya pasti akan salah.

Kamis, 29 Juli 2021

Ismail Fahmi @ismailfahmi: India Melawan disinformasi di WA

 

India Melawan disinformasi di WA

"Ketika pesan tidak ilmiah menjadi viral, saya menghubungi setidaknya tiga dokter COVID dan mengkonfirmasi semua fakta," katanya. Dia kemudian mengetik pesan, membuat video, dan meneruskan kliping koran. Ini ..menyelamatkan banyak nyawa.

https://www.theverge.com/22535642/covid-misinformation-india-asha-whatsapp


Bharti Kamble memasang status WhatsApp pada kisaran suhu tubuh manusia.


PEKERJA KESEHATAN INDIA MENGHILANGKAN KESALAHAN INFORMASI DI WHATSAPP

Tulang punggung sistem perawatan kesehatan pedesaan India sekarang ditugaskan untuk mengalahkan mitos COVID-19, satu pesan pada satu waktu

Oleh Sanket Jain 17 Jun 2021, 9:00 EDT

Bharti Kamble sedang mencari pesan palsu terkait COVID-19. Sore hari, dia dengan hati-hati membaca lebih dari 500 pesan dari delapan grup WhatsApp. Saat dia menyelesaikan pencariannya, dia merasa lega. “Selama 30 hari sekarang, saya tidak menemukan satu pun informasi yang salah saat WhatsApp meneruskan,” katanya. Tapi setelah satu tahun dihabiskan untuk memerangi informasi yang salah, Kamble tetap waspada. “Masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan,” katanya.

Kamble adalah aktivis kesehatan sosial terakreditasi (pekerja ASHA), prajurit kaki sistem perawatan kesehatan pedesaan India. Ketika dia mulai bekerja sebagai ASHA, dia tidak pernah berpikir dia akan memeriksa ratusan pesan setiap minggu. Dipilih di bawah Misi Kesehatan Nasional India, pekerja ASHA adalah wanita yang merawat sekitar 1.000 orang di desa mereka. Mereka ditugaskan dengan setidaknya 50 tanggung jawab, beberapa di antaranya termasuk menyediakan obat-obatan untuk penyakit umum seperti batuk atau demam, memelihara lebih dari 73 catatan kesehatan masyarakat yang berbeda, konseling tentang kesiapan kelahiran, memastikan perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, mengatur imunisasi, menyediakan kontrasepsi, dan lebih banyak.

Kamble adalah pekerja ASHA untuk 701 orang yang tinggal di desa terpencil Bolakewadi di negara bagian Maharashtra, India Barat. Dalam beberapa hal, mereka beruntung selama pandemi — desa tersebut belum melaporkan satu pun kasus COVID. Sungguh menakjubkan karena lebih dari 50 persen penduduk desa secara teratur bermigrasi 285 mil ke utara ke ibu kota keuangan India, Mumbai, sebuah kota yang menjadi hotspot COVID.


Ada banyak desa terpencil tanpa konektivitas internet. Pekerja ASHA Mandakini Kodak dan Rekha Dorugade melakukan perjalanan sejauh enam mil untuk mencapai desa terpencil — membuat orang sadar akan upaya vaksinasi.


Mulai Maret 2020, hampir 1 juta pekerja ASHA di 600.000 desa di India ditugaskan untuk menangani transmisi komunitas virus corona. Mereka mensurvei populasi mereka untuk menemukan dugaan kasus COVID, memantau tingkat oksigen dan suhu pasien setiap hari, melacak kontrak, memastikan pasien menyelesaikan masa karantina mereka, dan membantu mereka mendapatkan perawatan medis.

Tugas mereka yang menakutkan diperumit oleh informasi yang salah, yang menyebar seperti api di platform media sosial. Saat melakukan survei pada Maret 2021, Kamble menemukan seorang wanita berusia 80-an dengan demam tinggi dan kelelahan. "Kenapa kamu tidak mengambil tablet parasetamol dariku?" tanya Kamble. Wanita tua itu menjawab, “Bagaimana jika Anda akan memberikan nama saya kepada [penyelia] senior Anda, meminta saya untuk dikarantina? Saya mendengar bahwa puasa dan berdoa kepada Tuhan meredakan demam.” Itu adalah hari ketiga puasanya. Tanpa penundaan, Kamble memberinya paket Oral Rehydration Solution (ORS) dan tablet parasetamol. “Dalam empat hari, dia merasa lebih baik,” kata Kamble, tetapi tugasnya masih jauh dari selesai. Kamble mulai menyelidiki dan menemukan bahwa "puasa menyembuhkan COVID" adalah pesan informasi yang salah yang diteruskan beberapa kali dalam bahasa daerah Marathi di grup WhatsApp desa.

Kamble, yang merupakan bagian dari lebih dari delapan kelompok tersebut, segera mengirim pesan bahwa puasa bukanlah obat untuk COVID-19. Dia menjelaskan ilmu di balik diet yang tepat dan pentingnya obat-obatan modern. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mencoba menghilangkan demam. “Kami tidak mendapatkan pelatihan untuk menghilangkan informasi yang salah. Kami belajar di tempat kerja dan dengan interaksi dari orang-orang, ”katanya. Dia mungkin tidak memiliki pelatihan formal, tetapi Kamble telah banyak berlatih selama setahun terakhir.


Mandakini Kodak membuat catatan tentang misinformasi yang tersebar di masyarakat.


Selama pandemi COVID-19, India telah dites positif untuk pseudosains dan informasi yang salah, yang menyebabkan lonjakan kasus. India melaporkan lebih dari 29 juta kasus, dengan lebih dari 353.000 orang meninggal akibat virus tersebut pada 9 Juni 2021, dengan para ahli menyatakan bahwa angka ini tetap sangat kecil. Beberapa pemimpin Partai Bharatiya Janata sayap kanan terpilih telah vokal tentang minum urin sapi untuk mencegah COVID, dengan beberapa bahkan membuat video tentang hal itu.

Tahun lalu, para pemimpinnya mengadakan acara minum gaumutra (air seni sapi). Kamble menemukan beberapa pesan seperti itu. “Apa yang kamu katakan tentang hal seperti itu? Bahkan banyak orang yang mencobanya.” Dia mulai mencari pesan ilmiah dari dokter dan mulai mengirim pesan tentang perawatan COVID yang benar-benar berhasil. *“Jika Anda secara langsung melawan informasi yang salah dengan mengatakan itu salah, maka orang-orang tidak mendengarkan dan mulai memprovokasi Anda,” jelasnya. Sebaliknya, penawarnya adalah menyebarkan informasi ilmiah dengan cara yang paling mudah. Akhirnya, katanya, orang-orang menyadari bahwa urin sapi bukanlah obat untuk COVID.*

Kamble bukan satu-satunya pekerja ASHA yang menggunakan WhatsApp untuk mengekang informasi yang salah. Netradipa Patil, seorang ASHA dan pemimpin lebih dari 3.000 ASHA dari wilayah Shirol Kolhapur, menemukan bahwa setiap anggota keluarga di wilayah surveinya yang terdiri dari 1.000 orang memiliki setidaknya satu smartphone. “Ketika kami membagikan pamflet kesadaran COVID, orang-orang membuangnya. Saat itulah saya memutuskan untuk bertindak dengan cerdas.” Ketika dia melihat berita palsu dan informasi yang salah, dia membuat grup WhatsApp hyperlocal dengan lebih dari 200 anggota. "Ketika pesan tidak ilmiah menjadi viral, saya menghubungi setidaknya tiga dokter COVID dan mengkonfirmasi semua fakta," katanya. Dia kemudian mengetik pesan, membuat video, dan meneruskan kliping koran. Ini telah menghabiskan banyak waktunya tetapi telah membantu menyelamatkan banyak nyawa. “Pada gelombang kedua COVID (Maret hingga Juni 2021), daerah saya melaporkan kurang dari 10 kasus dan tidak ada kematian,” katanya bangga. Sebaliknya, distrik Kolhapur secara keseluruhan melaporkan tingkat kematian kasus sebesar 3,5 persen pada Mei 2021 — salah satu yang tertinggi di India.


Tahun lalu, Netradipa Patil membentuk grup WhatsApp hyperlocal di mana ia secara konsisten membagikan informasi ilmiah terverifikasi terkait COVID-19 dan pengobatannya.


Pada Juni 2020, Patil telah memobilisasi ASHA lain untuk membentuk kelompok serupa. Selain memerangi informasi yang salah melalui WhatsApp, mereka juga berupaya untuk menghilangkan informasi yang salah selama survei komunitas mereka sehingga mereka dapat menjangkau orang-orang tanpa akses internet.

Situasi menjadi lebih mendesak musim semi ini. Mulai 1 Maret 2021, India memulai upaya vaksinasi untuk warga di atas usia 60 tahun. ASHA akan membuat daftar warga tersebut dan menyerahkannya kepada otoritas sipil setempat — tetapi bahkan mengumpulkan nama menjadi perjuangan yang berat. “Warga senior terus memberi tahu saya bahwa vaksinasi COVID seperti keracunan lambat. 'Dalam waktu enam bulan setelah ditusuk, kami akan mati,'" kata Patil. Informasi yang salah bahwa “populasi India telah meningkat pesat dan Pemerintah menggunakan vaksin untuk menguranginya” menyebar dengan cepat. “Kedengarannya lucu, tetapi butuh dua bulan pengiriman pesan dan kunjungan dari rumah ke rumah untuk meyakinkan lebih dari 90 persen orang untuk divaksinasi,” kenangnya. Patil juga membagikan fotonya saat ditusuk dan berkata, "Saya telah meminum kedua dosis itu, dan saya masih hidup."

Bahkan setelah orang divaksinasi, pekerjaan ASHA tidak berakhir. Di desa Pernoli Kolhapur dengan 2.265 penduduk, dua orang meninggal dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Ini adalah skenario mimpi buruk bagi pekerja ASHA Mandakini Kodak dan Rekha Dorugade. Tiba-tiba, semua orang di desa mereka menolak vaksinasi. Mereka menyelidiki kematian ini dan menemukan bahwa kedua orang tersebut menderita asma dan positif COVID - dan bahwa mereka tidak menerima perawatan yang memiliki reputasi baik. “Mereka mengambil suntikan dan obat-obatan dari seorang dukun. Bagaimana seseorang bisa menyalahkan vaksin itu?” tanya Kodak.


Beberapa orang dari desa-desa terpencil takut akan vaksinasi karena informasi yang salah yang merajalela. Seringkali, orang bersembunyi di rumah mereka atau melarikan diri ketika pekerja ASHA sedang melakukan survei di masyarakat.


Seringkali, informasi yang salah terkait dengan kepercayaan takhayul. “Tahun lalu, beberapa warga desa menolak untuk mengikuti protokol COVID, mengatakan bahwa Tuhan desa tidak akan membiarkan Corona masuk,” kenang Kodak. Kamble menghadapi hal serupa. Karena kasus COVID terus meningkat di seluruh pedalaman, beberapa penduduk desa memutuskan untuk mengerumuni kuil setempat untuk “doa bersama.” Kamble mulai mengirim pesan bahwa bahkan jika satu orang dites positif COVID, itu dapat menyebabkan penularan komunitas. Dia menempatkan infografis protokol COVID sebagai status WhatsApp-nya. “Iman benar-benar baik-baik saja, tetapi ketika itu mengalahkan logika dan sains, itu menjadi masalah,” katanya.


ASHA bekerja dalam kondisi yang menyesakkan dengan peralatan keselamatan yang tidak memadai dan menerima "insentif berbasis kinerja" berdasarkan tugas yang diselesaikan. Meskipun bekerja selama lebih dari satu dekade, mereka tidak diakui sebagai pekerja penuh waktu dan rata-rata gaji bulanan $41 hingga $55 di Maharashtra. “Kami menghilangkan informasi yang salah, menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya, dan menyelesaikan survei di telepon, namun Pemerintah bahkan tidak mengganti kami untuk internet,” kata Patil. Dengan gaji yang buruk, banyak ASHA merangkap sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan.

Sumber daya mereka yang terbatas tidak dipahami dengan baik di komunitas yang mereka layani. Tahun lalu, sebuah rumor mulai beredar di WhatsApp yang mengatakan bahwa untuk setiap pasien COVID-19 yang terdeteksi, Pemerintah Pusat akan mengirimkan uang ke pemerintah daerah, kata Kodak. Ini tidak benar. “Pemerintah tidak punya uang bahkan untuk membeli sarung tangan dan pembersih tangan untuk kami, bagaimana dan mengapa mereka mengeluarkan uang untuk mendeteksi kasus?” tanya Kodak sambil tertawa.

Misi ASHA untuk menahan wabah COVID-19 sering terhambat oleh oksimeter dan termometer inframerah (IR) berkualitas rendah yang disediakan oleh pemerintah. Saat melakukan survei, Maya Patil, seorang ASHA dari Shirol, menemukan bahwa oksimeternya tidak menunjukkan pembacaan apa pun. Ada masalah dengan tampilan dan kualitas oksimeter. “Itu akan menunjukkan pembacaan hanya ketika di dalam ruangan. Mensurvei di dalam rumah-rumah di zona penahanan dengan ventilasi yang tidak memadai berarti mempertaruhkan nyawa, tetapi Pemerintah tidak memahami hal ini, dan [menolak untuk memberi] kami peralatan berkualitas lebih baik, ”katanya. Sebagai akibat dari pembacaan yang salah, banyak orang menahan diri untuk tidak menguji kadar oksigen mereka. “Banyak nyawa akan terancam jika ada transmisi komunitas karena peralatan yang rusak,” kata Maya Patil.


Hambatan utama untuk pelacakan kontak berasal dari oksimeter berkualitas rendah dan termometer inframerah yang disediakan untuk ASHA oleh pemerintah.


Kamble mengalami masalah serupa dari seorang wanita berusia 72 tahun. “Tingkat oksigennya turun menjadi 70. Keluarga tidak percaya dan mulai melecehkan saya secara verbal,” katanya. Keluarga mulai menuduh Kamble merencanakan konspirasi untuk mengirim wanita tua itu ke pusat karantina. Entah bagaimana, dia membujuk keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter. Tingkat oksigen pasien didiagnosis lebih rendah. “Lebih sedikit oksigen tidak selalu berarti COVID, dan orang-orang bahkan tidak tahu berapa tingkat oksigen normalnya,” kata Kamble.

Untuk mendidik masyarakat dan mendapatkan kembali kepercayaan mereka, Kamble kembali beralih ke media sosial. Dia menemukan grafik yang mewakili tingkat oksigen yang dibutuhkan dan memasangnya sebagai status WhatsApp. Dia mengirim foto yang sama ke beberapa grup WhatsApp, akhirnya menjangkau lebih dari 500 orang secara langsung.

“Kotak masuk saya dibanjiri dengan balasan, dengan beberapa menyebutkan bahwa mereka telah mengambil tangkapan layar sebagai referensi, sementara yang lain berterima kasih kepada saya karena membuat mereka menyadarinya,” katanya. “Keluarga yang sama sekarang meminta saya untuk memantau kadar oksigen setiap hari.” Untuk sesuatu yang sederhana seperti memeriksa oksigen, Kamble terpaksa menghabiskan beberapa jam bekerja untuk melawan informasi yang salah di WhatsApp. Sekarang, dia berhadapan dengan pejabat kesehatan senior mengenai peralatan berkualitas biasa-biasa saja. Sudah, dia telah mengganti beberapa oksimeter dan termometer IR.

Ini adalah salah satu kisah kemenangan yang dibagikan ASHA tentang melawan informasi yang salah menggunakan teknologi. “Ada banyak orang yang berterima kasih kepada kami karena telah meminta mereka untuk divaksinasi,” kata Kodak. Sementara beberapa orang di daerah itu dinyatakan positif COVID, tidak ada yang dirawat di rumah sakit, membenarkan kampanye vaksinasi ASHA. “Sangat menyegarkan untuk mendengarkan cerita seperti itu.”

“Bahkan jika orang tidak setuju dengan pesan kami, mereka membaca dan berdiskusi. Saat melakukan survei, kami menghabiskan setidaknya tiga jam setiap hari untuk melawan informasi yang salah seperti itu,” kata Kamble. Sementara informasi yang salah di desanya sendiri telah melambat, daftar pesan pseudoscientific terus memantul di sekitar grup WhatsApp di daerah lain di negara ini.

“Seseorang tidak boleh mengambil vaksin saat menstruasi”

“Jika Anda telah mengambil vaksin, Anda harus menghindari sinar matahari selama seminggu”

“Mendengus bubuk kapur barus meningkatkan kadar oksigen Anda.”

"Bawang yang dimakan dengan garam batu menjauhkan Corona."

Ini hanya beberapa dari ratusan pesan yang diterima Kodak akhir-akhir ini. Dia membahas setiap pernyataan, sering kali saat bekerja 10 hingga 12 jam sehari. "Jika saya menyelamatkan seseorang, saya akan melakukan pekerjaan saya," katanya.

Fotografi oleh Sanket Jain

via dr Zamir Alvi: dr Iqbal Mochtar: MIRIS DI TENGAH ERA POST-TRUTH

[11:52 AM, 7/27/2021]
Zamir Alvi: MIRIS DITENGAH ERA POST-TRUTH

Iqbal Mochtar

Enggak gampang hidup di era ini. Era post-truth. Era dimana banyak orang percaya sesuatu yang tampak benar, padahal enggak benar sama sekali. Kasarnya, kebohongan menyamar menjadi kebenaran.

James Ball lebih tajam lagi; menurutnya, post-truth adalah era dimana omong kosong (bullshit) menaklukkan dunia. Mekanismenya kompleks.

Oxford dictionary menjelaskan fenomena ini lebih detail. Post-truth adalah fenomena dimana fakta obyektif dikalahkan oleh perasaan pribadi, feeling atau emosi. Saat dimana bukti-bukti ilmiah tidak dipedulikan dan orang lebih mendengar bukti anekdot, testimoni tidak jelas dan bahkan campuran perasaan dan kira-kira. Penggalan-penggalan cerita tanpa bukti di twitter, facebook dan instagram lebih dipercaya dan dijadikan rujukan daripada pendapat profesional atau hasil penelitian di jurnal.  

Bagaimana kebohongan menaklukkan dunia?

Satu, google minded. Dengan tersedianya google, orang tiba-tiba merasa menjadi pintar dalam segala hal. Dengan mengutak-atik beberapa halaman google, mereka merasa telah menjadi ahli dan mampu bicara apa saja. Semua bidang diterabas; mulai kesehatan, agama, sosial, politik dan budaya. Dengan bermodal bacaan google beberapa hari, mereka menantang profesional yang dididik puluhan tahun dibidangnya. Orang model ini menganggap google sebagai ‘kitab suci’; sumber segala sumber kebenaran. Dengan modal ini, mereka terus menggaungkan pikirannya, sekalipun pikiran itu bertentangan dengan dogma keilmuan spesifik.  

Kedua, filter buble. Masyarakat gandrung untuk percaya apa yang enak menurut mereka. Comfort zone. Disini personal feeling bermain. Masyarakat suka sesuatu yang praktis, taktis, mudah dilakukan dan tidak mengusik ruang hidup mereka. Kasarnya, mereka berada dalam feeling bubble. Maka jangan heran, masyarakat lebih senang percaya manfaat bawang putih atau minyak kayu putih daripada manfaat vaksin. Karena bawang putih familiar, murah dan mudah didapat bagi mereka. Mereka juga lebih senang mendengar bahwa Covid-19 adalah penyakit flu biasa dan tidak berbahaya. Karena ini membuat mereka tenang. Berita bahwa Covid berbahaya mengusik ketenangan psikologis mereka. Mereka senang berada dalam comfort zone feeling mereka. Mereka tidak senang mendengar berita tentang vaksin. Karena itu terkait dengan intervensi terhadap tubuh mereka, merupakan bahan obat dan ada biayanya. Itu tidak nyaman dan tidak tepat bagi mereka. Makin menjamurlah paham anti Covid-19 dan anti-vaksin.

Ketiga, repeated false information. Jangan kira penganut pikiran keliru akan berhenti menyebarkan pikirannya. Mereka terus merilis dan merelay pikirannya berulang dan terus menerus. Disini terjalin kolaborasi propaganda, kampanye, media dan teknologi yang secara serempak mengumbar paham tidak benar agar tampak menjadi benar. Di media sosial, berbagai info yang sudah usang dan terbukti hoax terus bermunculan. Diulang-ulang. Pikiran masyarakat terus diobok-obok dan didera oleh informasi palsu yang berulang. Konten berulang ini terus menari dipikiran orang dan dapat merubah mindset. Leon Festinger bilang, pengulangan konten menyebabkan orang bertanya dalam lubuk hati. Lama kelamanaan timbullah persetujuan dan komitmen. Selanjutnya mereka ambyar dalam konten.

Empat, high level language. Para profesional cenderung berbahasa tinggi dan melangit saat menjelaskan berbagai fenomena ke masyarakat. Menggunakan teori ini dan itu; menggunakan jurnal ini dan itu. Padahal masyarakat tidak pandai dan tidak nyaman bermain pada struktur level demikian. Masyarakat belum paham dan tidak familiar dengan struktur berpikir jelimet. Mereka butuh penjelasan dan bukti simpel, dengan bahasa sederhana yang bisa dipahami mereka. Memang antara masyarakat dan profesional terdapat disparitas konsep berpikir yang derajatnya bervariasi; ada yang jomplangnya sedikit dan ada yang banyak. Makin spesifik suatu bidang, jomplangnya makin besar. Misalnya, kalau bicara tentang sepeda, motor atau mobil, pengetahuan masyarakat dengan montir mungkin tidak jauh beda. Tapi bicara tentang jantung atau paru, tingkat pemahanam masyarakat dan profesional sangat jomplang. Kejomplangan ini harusnya bisa dijembatani dengan bahasa simpel dan sederhana. Yang mudah dipahami dan diangguki masyarakat.

Lima, conflict of interest. Ada memang sekelompok orang yang senang dan menghendaki information chaos. Karena mereka memiliki interest dan kepentingan; politik, bisnis, atau memiliki anomali psikologis seperti post-power syndrome. Ada yang ingin terkenal, ingin memperoleh jabatan, ingin barangnya laku. Mulai dari perorangan hingga organisasi. Media pun punya interest; mereka senang hal kontroversi karena itu menyangkut rating tayangan. Maka jangan heran, orang-orang atau pikiran kontroversial justru diberi panggung. Dengan alasan kebebasan berpikir. Padahal intinya adalah peningkatan rating dengan mengangkat sisi kontroversial sebuah issu.

Memang berat hidup di era post-truth. Karena kita mengalami fenomena paradoksal. Kalau anda ingin mengajak orang untuk mempercayai anda, jangan berikan mereka bukti dan fakta. Tapi berikan mereka diskursus atau konsep yang mudah diterima oleh mereka, yang mengenakkan perasaan dan kepercayaan mereka, yang tidak mengganggu comfort zone mereka, walaupun hal itu tanpa bukti dan bukan fakta. Ujung-ujungnya, kita masuk kedalam ranah bulshit everywehere (kebohongan dimana-mana). Bukankah ini mengerikan?

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...