Rabu, 11 Agustus 2021

via dr. Zamir Alvi: Yusdi Lastutiyanto: KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

[1:05 PM, 8/11/2021] Zamir Alvi:
KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

Dalam kehidupan ini siapapun orangnya, jabatannya atau kepintarannya tidak pernah lepas dari yang namanya Inner critics (kritik diri).

Mereka yang masih sadar bahwa mereka adalah mahkluk sosial, mahkluk yang punya harapan dan berinteraksi dengan orang lain, pastilah selalu berkomunikasi dengan dirinya.

Komunikasi dalam diri ini yang kemungkinan menyebabkan terjadi konfilk diri jika bagian dalam diri tidak menyadari apa maksud positif di balik setiap kritik.

Fritz Perls dengan Gestalnya mempermudah pemahaman kita tentang adanya konflik internal ini, dia membagi menjadi dua bagian sederhana yang disebut “Topdog” dan “Underdog.”

Topdog biasanya yang selalu merasa paling benar dan otoritas, dia tahu apa yang terbaik sebab apa yang dipikirkan seringkali tentang idealism dan hampir selalu benar dan ide-idenya muncul dari tuntutan social. Topdog ini sering kali mengharuskan diri untuk melakukan sesuatu, memutuskan sesuatu atau tidak menyetujui sesuatu. Topdog adalah bagian diri kita yang pandai memanipulasi diri dengan tuntutan atau ancaman, misalya; “kalau kamu tidak melakukan itu, maka kamu tidak akan dihargai’. “kalau kamu tidak menjalankan perintahnya, maka kamu akan menyesal dan akan jadi tidak berguna.”

Topdog berisikan tentang nilai dan keyakinan dalam hidup tentang idealism, bahkan idealism di atas idealisme. Seseorang bisa sangat kaku dan dengan sebuah nilai yang digenggamnya. Tapi harus diakui kehadiran Topdog ini bisa jadi memberdayakan, sebab ada motivasi dan harapan disana, ada pemaknaan tentang idealisme disana dan memegang teguh sebuah nilai bisa menjadi hal positif jika kita bisa menyeimbangkan dengan kecercasadan emosi dan intelektual.

Yang selanjutnya adalah bagian diri yang disebut “Underdog”, sifat manipulatif menurut Fritz yang memainkan peran pertahanan diri,  permintaan maaf, pemakluman dan menjadi korban. Underdog tidak punya kekuasaan. Underdog adalah Mickey Mouse dan Topdog adalah Super Mouse, kalimat yang sering diucapkan misalnya; “Saya coba melakukan yang terbaik’, “Ga apa-apa ah, kan saya sudah berbuat semampunya”, “saya sudah berniat baik.”, Underdog di ibaratkan sifat licik kita yang mencari celah agar diri kita nyaman.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Topdog dan Underdog berusaha mencari kontrol pada diri, yang satu membahas tentang expektasi dan yang satu adalah tentang realitas. Konflik internal ini terjadi setiap saat dalam dialog internal kita.

Konflik internal antara Topdog dan Underdog tidak akan pernah selesai, karena masing-masing berjuang untuk mempertahankan dirinya, mempertahankan nilainya dan keyakinannya dari proses pengalaman hidup.

Lebih lanjut banyak ahli yang menggunakan konsep lain tentang adanya bagian diri yang berkonflik ini, ada yang menggunakan istilah (Part) bagian dan (Ego State) ke-aku-an, yang kurang lebih maknanya adalah tentang perasaan, pengalaman dan ide yang ada dalam diri kita yang mempengaruhi cara kita berpersepsi sampai memutuskan seusuatu.
Dalam kajian psikoterapi konflik internal ini, biasanya di ajak berdamai dan rekonsiliasi diri sehingga setiap bagian bisa saling support, karena setiap bagian bekerja pada konteks tertentu dengan tujuan positif melindungi diri dari dunia internal.

Lalu bagaimana menyadari kondisi ini?

Yang pertama adalah memahami apa tujuan positif dari munculnya bagian dalam diri yang ingin beraktualisasi dan menunda misalnya, setiap bagian akan membawa kita kemana dan setiap bagian yang berkonflik membuat kita jadi apa, apa konsekuensi logis tiap pilihan dan adakah solusi lain jika konflik itu muncul, yang jelas ujungnya adalah bagaimana setiap bagian, entah itu Topdog dan Underdog bekerja berdasarkan kondisi yang dibutuhkan dan bisa saling support.

Dari Fritz Perls kita belajar, bahwa mengenali dan menyadari Inner Critics dan Inner Conflict membuat kita perlu terus belajar memahami diri, sebab perubahan di luar seringkali mempengaruhi kedalam diri.

Solusi yang diberikan Fritz selain tentang memahami maksud positif dari Topdog dan Underdog adalah dengan latihan “Mindfulness” hadir dan menghayati diri dari setiap respon, menyelami makna dan mengoprasikan diri seutuhnya berdasarkan konteks, sebab idealime itu penting dan memanusiakan diri juga penting, yang diperlukan adalah menyadari bahwa setiap pilihan dan keputusan sebaiknya membuat kita menjadi manusia lebih baik lagi.

Semoga Bermanfaat

Yusdi Lastutiyanto.Cht (IACT-USA).,CI
Pembelajar Hipnosis dan NLP

Jakarta. 11 Agustus 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...