Senin, 08 Maret 2021

Jansen Boediantono: Pancasila Sudah Mati Dibunuh Demokrasi

[2:28 AM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: PANCASILA  SUDAH MATI DIBUNUH DEMOKRASI

Statement Anhar Gonggong beberapa waktu lalu di ilc itu benar : sampai hari ini tak ada satu pun pemerintahan yang menjalankan pancasila.  Mengapa bisa demikian?  Inilah alur ceritanya

Kurang lebih 3 bulan pasca merdeka lahirlah maklumat X dibulan november 1945 yang memunculkan berbagai macam partai politik. Bung Karno tak sepakat karena itu ia menolak menandatangani. Demikian pula Bung Hatta, namun sekalipun menolak demi menghindari konflik akhirnya maklumat X ia tanda tangani.  

Mengapa kedua proklamator tersebut menolak maklumat  X ? Kedua bapak bangsa ini tau betul maklumat tersebut akan mengubah landasan konstitusi negara dari pancasila menjadi demokrasi. Semenjak itu sampai hari ini terbukti bangsa ini tak pernah menjalankan pancasila dalam bernegara

Bangsa ini memang tak pernah berhasil membangun sistem bernegara sendiri yang khas pancasila . Hanya sanggup mengotak atik  pancasila untuk dijadikan  justifikasi  sebuah sistem yang bernama demokrasi

Maklumat X telah mengubah sebuah bangsa yang berpikir merdeka menjadi bangsa plagiator.  Pancasila sudah lama mati dibunuh demokrasi jadi nggak usah  diributkan lagi,  kecuali kita semua berani  melakukan revolusi besar  kebangsaan untuk melahirkan sistem bernegara yang benar -  benar berbasis pancasila....  Barulah Pancasila kita bicarakan lagi

Habib Jansen Boediantono





[9:06 AM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: APAKAH UUD45 BISA DIAMANDEMEN ?

Dalam pidato 1 juni 1945 bung karno menyatakan pancasila dasar indonesia merdeka. Gagasan BK tersebut adalah upaya menginternalisasikan pancasila sebagai dimensi,  ukuran dalam kehidupan bernegara.

Agar ukuran tersebut memiliki presisi yang tepat ide bung karno tentang pancasila pun disempurnakan tanggal 18 agustus 1945, lalu dibuatlah UUD45 . Maknanya, UUD45 adalah sistem yang mengarahkan kehidupan bernegara sesuai nilai - nilai pancasila.  Atau dengan kata lain,  apabila pancasila disepakati sebagai philosofische grondslag bangsa,  maka UUD45  adalah perekat wilayah bangsa dengan wilayah negara. Pertanyaannya adalah,   UUD45 sebagai suatu sistem dapat diamandemen atau tidak ?

Sebagai suatu sistem tentu saja UUD45 bisa diamandemen apabila dinilai ada pasal -  pasal yang menghambat sistem tersebut berjalan dengan baik,  disamping tentu saja  mempertimbangan hal -  hal yang bersifat ideologis  seperti berikut ini :

1. Amandemen tak boleh mengubah pembukaan UUD45 karena dalam pembukaan tersebut  terdapat visi dan misi bangsa indonesia serta dasar negara pancasila

2. Amandemen UUD45  dilakukan agar nilai -  nilai pancasila membuat kehidupan bernegara lebih efektif dan tepat sasaran

3. Amandemen UUD45 harus mengembalikan NKRI pada orbit, yaitu sebagai alat perjuangan bangsa indonesia untuk mengangkat harkat dan martabat hidupnya

4. Pelaksana  amandemen adalah MPR yang benar-benar bentuk kedaulatan rakyat ( bagaimana mpr yang benar-benar bentuk kedaulatan rakyat kelak akan dijelaskan)

5. Anggota MPR tersebut harus faham sejarah bangsa indonesia terlahir lebih dulu baru kemudian membentuk NKRI,  grand design NKRI, serta pancasila sebagai philosofische groondslag, sehingga amandemen tidak membuat antara negara dengan bangsa  berdiri berhadapan  sambil masing-masing pihak memalingkan muka

TAPI KALAU MPR TAK TAU APA -  APA BATALKAN SAJA AMANDEMEN UUD45 SEBAB MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN BERNEGARA

Itu saja 🤣🤣🤣

Habib Jansen Boediantono





[3:27 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: REVOLUSI KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA :  Sebuah Catatan Metafisika  ( Bagian pertama dari 3 tulisan )
Habib Jansen Boediantono *

Apabila  sekonyong - konyong ada yang bertanya tentang bangsa, apakah yang berkelebat dibenak kita ?? Dua tanda tanya tersebut memberikan peluang pada dua jawaban yang terlintas dipikiran. Pertama, menunjuk pada kelompok manusia yang mendiami sebuah tempat tertentu dengan ciri - ciri khas tersendiri, sedangkan kedua melukiskan adanya tujuan yang terdapat pada kelompok tersebut. Maka ditengah hiruk pikuk persoalan – persoalan yang menyerang dari segala arah, skala dan kompleksitas kerumitan pemecahan jangka panjang untuk menjaga kelangsungan hidup  bangsa Indonesia ditanah kelahirannya semakin sulit diabaikan. Bisa dikatakan sebuah kemustahilan bila kita ingin membuat jalan setapak  menembus bayang – bayang suram masa depan bangsa tanpa memperhitungkan keragaman budaya, prespektif teologi, filsafat sampai pada unsur mesianis untuk kemudian menata kembali hubungan bangsa dan negara dalam kaitannya dengan Tuhan, alam maupun manusia itu sendiri.

Catatan  ini merupakan upaya penyelamatan bangsa Indonesia ditanah kelahirannya  dengan membuka tabir ‘ kasyf al-mahjub ’, melihat hal – hal yang luput dari perhatian banyak orang, yang terdapat dibalik sesuatu yang tampak, keluar dari dunia empiris dan bergerak terus mencari kebijaksanaan dengan cara inovatif, reflektif dan revolusioner. Dengan demikian yang  ditawarkan sebuah ‘ada dalam kemungkinan’, yaitu sesuatu yang dalam realitas belum ada tapi secara potensial dapat diwujudkan. Agar ada dalam kemungkinan  benar – benar bisa terwujud, metafisika kebangsaan akan  mengikuti prinsip – prinsip keteraturan semesta  untuk mengantarkan perjalanan bangsa indonesia selamat sampai tujuan. Pola berpikir deduktif ini memberi isyarat  adanya Kebenaran relatif  yang didekatkan pada kebenaran absolut sehingga diharapkan menghasilkan pemikiran kebangsaan yang pasti, tetap dan dapat diterima semua pihak

Bangsa sebagai kumpulan manusia - demikian Suhrawardi al-Maqtul menyimpulkan – baik jasad maupun ruhnya merupakan produk dari proses illuminasi Tuhan yang disebut sebagai isyraq. Paham isyraq ini menyatakan bahwa alam berwujud melalui penyinaran illuminasi. Kemudian menurutnya kosmos terdiri dari susunan bertingkat – tingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya tertinggi sebagai sumber segala cahaya atau Nur al-Anwar. Dia adalah Tuhan yang azali. Manusia berasal dari nur al-anwar yang mewujud melalui pancaran cahaya dengan proses yang relatif sama dengan pelimpahan ( emanasi ). Oleh karena itu antara Tuhan dengan Manusia memiliki relasi ontologis substanstif yang bersifat dialektik. Ada hubungan dari atas kebawah ( proses tanazzul ) dan dari bawah keatas ( proses taraqi ) untuk kembali  pada ‘sangkan paraning dhumadi’. Implikasi teologis dari paham ini adalah, perjalanan  bangsa sesungguhnya adalah pergerakan dari nol kembali kepada nol sebagai bentuk keseimbangan dan pemaknaan hidup sebuah bangsa adalah nilai yang yang lahir dari pergerakan angka satu sampai sembilan sebagai bentuk kesempurnaan. Keseimbangan dan kesempurnaan merupakan kesadaran  mengikuti hukum – hukum kesemestaan seperti yang ditetapkan allah sebagai sunatullah,  agar mengenal diri sendiri. Dan dengan mengenal diri sendiri, sebuah bangsa akan mengenal penciptanya sebagai sumber dari segala macam sumber cahaya    

Keseimbangan dan kesempurnaan ini akan saya bagi dalam empat ruang yang berjalan mengikuti  hukum – hukum kesemestaan dengan berputar melawan arah jarum jam ( gerakkan thawaf ). Ruang I  proses kelahiran bangsa, Ruang II Lumbung / sehat jasmani dan rohani,  Ruang III negara, Ruang IV kapital / masyarakat adil  dan sejahtera

REVOLUSI KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA AGAR TAK TERPERANGKAP DALAM KEADAAN 'MERUGI'

Perasaan senasib akibat penindasan yang dialami dan keinginan untuk hidup lebih baik dimasa depan inilah yang mendorong  kaum terjajah, pada tanggal 28 oktober 1928 menyatakan dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia pun lahir setelah sebelumnya dihinakan dan dibuat frustasi oleh dominasi kolonial dengan satu tujuan “ mengangkat harkat dan martabat KAUM PRIBUMI “.  Inilah Ruang I proses kelahiran bangsa indonesia.

Persoalan pun muncul, setelah bangsa ini lahir ternyata tak pernah membangun lumbung yang merupakan kearifan budaya dan koherensi manusia dengan alam, sekaligus merefleksikan kedaulatan rakyat dalam membangun diri dan lingkungan, tetapi langsung mendirikan negara. Terjadi loncatan yang menyimpang dimana ruang I langsung menuju Ruang III. Akibatnya, negara  tidak tegak berdiri diatas kedaulatan rakyat dan dibangun berdasarkan nafsu kekuasaan belaka.  Inilah awal penyimpangan bangsa indonesia untuk pertama kali dalam perjalanan sejarah : negara yang dibentuk tidak dapat menjadi organisasi yang mengimplementasikan nilai – nilai kebijaksanaan sebuah bangsa sebagai suatu sistem nilai tetap dan terintegrasi, yang mampu mendorong adanya etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara   

KAUM PRIBUMI sengaja ditulis dengan huruf besar karena istilah tersebut menunjukan sarkasme sebuah bangsa akibat penyimpangan loncatan diatas, yang kemudian secara psikologis melahirkan keinginan penguasaan atas tanah tempat manusia hidup serta menciptakan sifat eksploitatif pada sumber – sumber kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Akibatnya, istilah kaum pribumi ini membuat diskrepansi antara keinginan mengangkat harkat  martabat hidup dengan ketidak adilan dan ketidak sejahteraan dari adanya sifat eksploitatif dan manipulatif  dalam ‘penguasaan hak atas tanah’.    

Kondisi ini bertambah parah dengan adanya pergantian dari UUD’45 menjadi konstitusi RIS, kemudian berlanjut menjadi UUDS 50 yang akhirnya berganti nama menjadi  ‘  Amandemen UUD’45 ‘. UUD’45 yang dibangun dari filsafat, budaya dan spritualitas bangsa digantikan oleh konstitusi yang berisi semangat kapitalisme. Bangsa indonesia pun masuk dalam jaring - jaring kapitalisme yang serba materi dengan lingkaran setan kebutuhan untuk membutuhkan. Negara direduksi sedemikian rupa sehingga terjebak dalam drainase  kapitalisme untuk menguasai sumber daya alam yang ada. Dan elit politik  berubah menjadi ' leviathan ' dengan kekuasaan begitu besar sehingga memiliki wewenang menentukan hukum – hukumnya sendiri. Kapitalisme yang melahirkan sikap hidup serba materialistis, kompetitif , pragmatis yang dilengkapi dengan kerakusan, tentu saja berseberangan jalan dengan sifat asli bangsa indonesia yang welas asih, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih meski rame ing gawe juga. Jadilah Indonesia sebuah bangsa yang asing dengan dirinya sendiri. Kelihatannya aneh dan lucu, di ruang III antara bangsa indonesia dengan negara berdiri berhadapan sambil masing – masing pihak memalingkan muka. Perjalanan bangsa pun  stagnan karena negara tak mampu menjadi jembatan yang mampu mengantarkan bangsa indonesia pada masyarakat adil dan sejahtera.     

Suatu penilaian lain yang dramatis dalam ruang III  mengenai negara indonesia dengan kapitalisme sebagai kiblatnya, menampilkan banyak wajah yang tidak sesuai dengan gambaran  budaya bangsa indonesia itu sendiri. Dalam konteks uraian hegemoni kapitalis terjadilah situasi yang manipulatif, keadilan berarti ketidaksamaan, akal berarti pemenuhan kepentingan pribadi, kemerdekaan berati keserakahan. Impian tentang masyarakat yang ‘ gemah ripah loh jinawi ‘ meskipun masuk akal untuk diwujudkan, sayangnya tidak dapat menjadi tujuan ideologis negara dan hanya menjadi sekedar retorika belaka. Kondisi ini menjadi semakin parah dengan adanya praktek – praktek kapitalisme yang direstui negara untuk menerapkan ukuran – ukuran ‘ demi kemanusiaan ‘,  bersandiwara seolah – olah mematahkan ujung pisau tajam persaingan bebas agar bisa menjadi topeng yang menyembunyikan wajah buruk  mereka dari bangsa indonesia.     

Dari perjalanan bangsa yang terjadi dari mulai lahir sampai  saat ini, dari ruang I sampai  ruang lainnya, kita melihat bangsa indonesia  mengalami ketidak keseimbangan karena tidak ada ekuivalensi antara keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat dengan keadilan dan kesejahteraan dalam realitasnya. Disamping itu, bangsa ini pun mengalami ketidak sempurnaan karena bergerak hanya diwilayah materi,  mengabaikan sumber – sumber rohani dalam memberikan makna hidupnya. Bangsa ini telah mengalami ketidak seimbangan dan ketidak sempurnaan, maka “ demi waktu ", sesungguhnya bangsa indonesia dalam keadaan merugi bila situasi dan kondisi ini diteruskan “     

Situasi dan kondisi inilah yang melahirkan sebuah gerakan  baru pada segelintir anak – anak bangsa untuk menggali sumber – sumber pemikiran yang ada pada tradisi, filsafat dan religiuisitas bangsa indonesia sebagai upaya menjaga keberlangsungan hidup bangsa indonesia dalam sebuah tema “ Revolusi Kembali Menjadi Bangsa Indonesia “.  

Bentuk khas gerakan ini adalah kesadaran untuk menggali secara mendalam  akar budaya pada ruang konkret yang menjadi simbol suatu cara pemahaman,  pola berpikir yang bergerak mengikuti hukum – hukum kesemestaan, cara hidup serta pandangan dunia yang filantrofis. Gerakan ini merujuk pada akar budaya untuk mendapat pengetahuan tentang potensi manusia dan kekuatan alam dimana manusia hidup, bahkan batas antara manusia dengan alam seringkali menjadi samar karena adanya timbal balik dan saling menerima budaya dan alam yang merangsang keinginan untuk menata kembali cara berpikir, bertindak , termasuk pola – pola hidup yang biasa dilakukan    

Aspek lain tak kalah penting  pada gerakan ini adalah kesadaran pada  keharmonisan didalam interaksi sosial, keselarasan dalam keragaman tradisi, persaudaraan ditengah  begitu banyak perbedaan, sehingga ikatan – ikatan primodial terjalin sebagai konstiitutif dari keberadaan sebuah bangsa Ini merupakan upaya menunjukan karakteristik asli bangsa Indonesia : sikap hormat pada yang transenden, bukan kepemilikan atas alam dalam pandangan dunia. Kesetiakawanan sosial  dalam jalinan komunikasi dialogis,  bukan persaingan dalam hubungan antar manusia. Pengenalan jatidiri,  bukan keterasingan dalam pengalaman hidupnya. Bila kemajuan material yang menjadi tujuan negara telah merusak karakteristik bangsa Indonesia mulai dipertanyakan, kesadaran untuk kembali menjadi bangsa indonesia dapat menjadi angin segar yang membawa harapan baru bagi bangsa Indonesia menyelamatkan diri dari keadaannya yang merugi

Bersambung




[6:28 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: Atas permintaan santri - santri di padepokan wong selon Ngayogyakarta, saya akan memberikan tausyiah pada gerombolan serbet warteg,  djuriyah abu lahab dan para penyembah patung pancoran :

1. Wilayah agama yang bersifat unspeakable jangan dicangkuli agar religiusitas manusia tak terjatuh dalam suasana ziarah dan penyaliban
2. Kitab suci agama apapun mengandung ajaran kebijaksanaan mendalam yang tak mungkin ditafsirkan dengan pengetahuan cekak
3. Demontrasi logika dalam mengurai kitab suci tanpa wawasan teologis memadai hanya melahirkan manusia yang merasa paling tau jalan pikiran Tuhan.

Habib Jansen Boediantono




[7:08 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: ORANG INDONESIA ASLI DAN KAUM PRIBUMI

Berbicara tentang orang indonesia asli dan kaum pribumi  bukanlah suatu sikap rasialis tapi fakta historis - kultural, sebagai upaya sebuah bangsa menjaga keberlangsungan hidup ditanah kelahirannya sendiri

Orang indonesia asli adalah orang -  orang yang terikat pada budaya setempat di 19 regional sistem tanah adat yang merentang mulai dari Jong Sumatera sampai Jong Ambon,  sedang kaum pribumi itu orang -  orang yang tertindas oleh sistem kolonial hindia Belanda dinusantara ( inlander )

Orang -  orang di 19 regional sistem tanah adat kemudian bertemu dengan keturunan bangsa lain yang telah beranak pinak dinusantara sebelum Indonesia merdeka dan sebagian besar tergabung dalam Jong Islamieten Bond pada tanggal 28 oktober 1928 melahirkan Bangsa Indonesia, dengan satu tujuan : mengangkat harkat martabat kaum pribumi

Agar budaya dan adat istiadat tidak musnah, serta melindungi hak atas tanah kelahirannya maka bangsa Indonesia harus berada dalam kepemimpinan ORANG INDONESIA ASLI. Inilah dasar historis -  kultural pasal 6 UUD 45 ayat 1 yang asli. Silahkan bongkar kembali arsip -  arsip perdebatan dalam sumpah pemuda dan saat pembentukan UUD45 yang asli.

HABIB JANSEN BOEDIANTONO

Colek Abdul Hadi M Arief Pranoto Didin S. Damanhuri Dhanang Respati Puguh M Nurhuda



[7:15 PM, 3/8/2021] Jansen Boediantono: BAHLULISME HABIB JANSEN VERSUS LOGIKA FORMAL BANI KURCACI
Sebagai gurubesar filsafat padepokan wong selon terkejut juga menyaksikan narasi kurcaci- kurcaci pemuja kekuasaan yang ramai - ramai menyerang saya dibeberapa WAG. Bangunan logika formal mereka menurut saya hanya sekadar menunjukan khas manusia yang hidup dalam peradaban miring. Mereka tak lagi mampu membedakan antara esensi dengan eksistensi yang membuat orang tak lagi kritis pada situasi sosial. Cara berlogika seperti itu membatasi proses berpikir manusia pada hukum - hukum kelurusan berpikir tertentu. Terjebak pada suatu bentuk lalu mengabaikan isi pernyataan yang dianggapnya merusak realitas.

Hehehehe, padahal saya hanya ingin mengisyaratkan, bahlulisme sekalipun hanya kritik yang menggunakan canda dan tawa, serta bentuk realitas yang berada diluar hukum logis, namun dapat membuka ruang dialektika pemikiran pada suatu masyarakat yang mengalami penyumbatan informasi.
🤣🤣🤣



[7:41 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: AHLAK MULIA SEORANG PEMIMPIN UMAT

Alkisah ditahun 1970 Raja Faisal dari Arab Saudi datang ke indonesia dan menyambangi tokoh -  tokoh islam.  Saat bertemu KH Idham Chalid beliau menanyakan pendapat pak kyai tentang mr X yang juga tokoh besar islam waktu itu

" Wah beliau itu orang baik. Jasanya sangat besar pada umat dan negara kami ",  demikian pendapat  kyai Idham Chalid

Raja Faisal pun terkejut mendengar jawaban tersebut.  Lalu berkata, "  Kok tidak sama ya ? Saat saya bertemu beliau (  mr X ) sangat membenci anda. Tak ada satu pun cerita yang baik tentang anda ".

" Ah biarkan saja. Siapapun berhak menilai saya sesuai yang diinginkan. Yang penting saya tak seperti yang mereka nilai.  Dan saya selalu berprasangka baik pada orang yang tak menyukai saya ",  jawab kyai idham Chalid

" Subhanallah ! ",  ucap Raja Faisal yang tercengang mendengar jawaban tokoh yang pernah menjadi ketum PBNU terlama tersebut.

Cerita ini disampaikan untuk mengingatkan : demikianlah seharusnya akhlak pemimpin umat  tidak membalas kebencian dengan kebencian,  menutupi aib orang lain bahkan aib dari orang yang membencinya.

Habib Jansen Boediantono



[10:00 AM, 3/8/2021]
Apriany: "KENAPA ALLAH KUMPULKAN KITA DI GROUP INI ?"

Allah mempertemukan kita untuk satu alasan.....

Entah untuk memberi atau menerima,

Entah untuk belajar atau mengajarkan,

Entah untuk bercerita atau mendengarkan,

Entah untuk sesaat atau selamanya,

Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya,

Semua itu tidak ada yg sia-sia, karena Allah yg mempertemukan,

Hidup kita saling mengisi terkadang  bersinggungan,

Bisa jadi kehadiran kita adalah jawaban atas doa2 sahabat kita, sebagaimana merekapun adalah jawaban atas doa2 kita,

Jika sudah menjadi takdir Allah, meski dengan jarak beribu2 mil kilometer kita tetap akan di pertemukan, dalam satu ikatan bernama UKHUWAH

** _Disini, selalu membuatku ingin tetap tinggal, didalam hati dan doa2 sahabat_

_Sampai detik ini kita hebat..! Detik berikutnya semoga semakin hebat._

Rasulullah shallallahu a'laihi wa sallam bersabda :
_*"Sesungguhnya di antara hamba2 Allah terdapat orang2 yg bukan Nabi dan bukan pula Syuhada, tetapi para Nabi dan Syuhada cemburu pada mereka dihari kiamat nanti, di sebabkan kedudukan yg diberikan Allah kepada mereka."*_

Para sahabat bertanya :
_*"Yaa Rasulullah, beritahukan kepada kami, siapakah mereka ? Agar kami pun bisa turut mencintai mereka."*_

Lalu Rasulullah shallallaahu a'laihi wa sallam menjawab :
_*"Mereka adalah orang2 yg saling mencintai karena Allah, tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Demi Allah, wajah2 mereka pada hari itu bersinar binar bagaikan cahaya di atas mimbar2 dari cahaya. Mereka tidak takut disaat manusia ketakutan, dan mereka tidak sedih di saat manusia bersedih."*_
(HR. Abu Dawud)

Dalam Hadits lain di sebutkan :

_*"Di sekitar Arsy Allah ada menara2 dari cahaya, di dalamnya terdapat orang2 yg pakaiannya dari cahaya, wajah2 mereka bercahaya. Mereka bukan Nabi atau pun Syuhada.*_
_*Para Nabi dan Syuhada iri kepada mereka"*_

Ketika ditanya para sahabat :
_*“Siapakah mereka itu Yaa Rasulullah ?”*_

Rasulullah menjawab :
_*“Mereka adalah orang2 yg saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.”*_
(HR. Tirmidzi)

Semoga kita di  golongkan dengan  orang2 yg dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada.

Semoga UKHUWAH kita yg terjalin dan di landasi oleh kasih sayang dan saling mencintai karena Allah SWT.

Masyaa Allah...

Rasulullah shallallahu a'laihi wa salam pun bersabda :

الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ
 فما تعارف منها ائتَلَف  وما تناكَر منها اختلف```

"Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yg dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka, maka akan bersatu. Dan yg saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.”
(HR. Muslim 6376)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...