Ir Jusuf Mahdi, MM: 🌹🇮🇩 PENEMPATAN SISTEM EARLY WARNING DI MASA LALU SEBAGAI PEMBANDING UNTUK MASA SEKARANG DAN KEDEPAN. 🇮🇩🌹❤️
Ir. Jusuf Mahdi, MM
Pada tulisan saya yang terdahulu dibahas tentang sistem yang antisipatif terhadap tantangan masa depan.
Di masa lalu para petinggi TNI dan instansi terkait telah mempersiapkan sistem yang terpadu, terintegrated dan sinergis dalam pertahanan NKRI.
Early warning radar di jaman Bung Karno yang menggunakan peralatan dari Uni Soviet dipasang di Sabang, Mentawai, pesisir timur Sumatera, Lampung, Cilegon, dll untuk mengawasi dan memantau samudera Hindia, yang dapat menjangkau sejauh 350 mil. Kedatangan pesawat dan kapal laut yang menggunakan Samudera Hindia menuju selat Malaka dan selat Sunda dapat segera terpantau. Di Jawa penempatan Early Warning Radar adalah di Teluk Parigi, Cilacap, Malang Selatan pantai Purboyo, Bali, Kupang dll yang dapat memantau sampai ke Australia. Sedang di wilayah Utara ditempatkan di Natuna, Nunukan, Morotai, Halmahera, Tanjung Pinang, Sulawesi dll untuk memantau Laut Gina Selatan dan samudera Pasifik juga samudera Atlantik.
Maka wilayah kedaulatan NKRI dipagari oleh sistem pemantau yang canggih
Di setiap setasiun pemantau early warning system itu juga dilengkapi meriam penangkis serangan udara (PSU) paling tidak kaliber 57 mm yang sanggup mengcover wilayah udara dan laut dari pihak luar yang ingin melakukan kegiatan intervensi ke wilayah NKRI.
Di Jawa Timur ada di Ujung Pangkah, Purboyo, Sambilangan Bangkalan, ujung timur pulau Madura pantai Lombang, dll
Ketika terpantau gerak mencurigakan maka informasi dari setasiun pemantau diteruskan ke markas AU dan AL yang langsung bereaksi mengirim kekuatan tempur untuk melakukan covering awal
Saat itu AU memiliki jet tempur MIG 17, sebagai kekuatan utama dan AL memiliki pesawat Illusyn TU 21 pembom jarak jauh sekaligus patroli maritim
Seiring dengan perubahan kekuasaan dimana orde Baru dibawah kepemimpinan pak Harto telah mengambil kebijakan bahwa wawasan Indonesia adalah menitikberatkan kepada visi kontinental dari visi maritim yang dipakai orde sebelomnya, apalagi pak Harto adalah seorang petinggi AD, dan terputusnya hubungan dengan blok Timur, Uni Soviet karena adanya pemberontakan PKI sehingga ideologi komunis dilarang di Indonesia, maka akut sista pesawat udara dan kapal perang sudah tak lagi mendapat pasokan suku cadang sehingga dilakukan kanibalisme untuk mempertahankan beroperasinya alut sista tersebut. KRI Irian, destroyer dan fregat yang bertenaga uap lumpuh, kekuatan tempur militer Indonesia yang semula terkuat di Asia Tenggara dan ditakuti oleh pihak lawan, kini menjadi macan ompong.
Perubahan visi tersebut membawa perubahan kepada sistem pertahanan Indonesia, yang lebih berorientasi kepada pertahanan daratan / internal concept, dengan doktrin SISHANKAMRATA (Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta)
Hal ini membawa perubahan yaitu dengan dimasukkannya Polri sebagai bagian dari militer dan dibentuklah ABRI yang memiliki konsep Dwi Fungsi, dimana ABRI bisa masuk dalam ranah politik dengan menempatkan personil ABRI di tatanan pemerintahan, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif
Hal tersebut ada positif.dan negatifnya. Di satu sisi penempatan personil ABRI diseleksi dengan ketat, ditatar dengan materi yang terkait sosial politik, dan ditempatkan di daerah yang sesuai perkembangan situasi dan kondisinya.
Namun negatifnya adalah bahwa ABRI terlalu dalam masuk ke ranah politik dan pemerintahan senhingga seolah-olah semua lini DIKUASAI ABRI.
Hal lain adalah lemahnya sistem pemantau early warning kita sehingga wilayah kedaulatan NKRI dapat dimasuki dengan mudah, antara lain masuknya kapal penangkap ikan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia, illegal logging, masuknya narkoba, imigran dan TKA, dsb.
Kelemahan sistem pertahanan kita makin parah dengan dijualnya Indosat, dilepasnya pulau terluar Sipadan dan Ligitan dan tidak dioperasikannya lagi berbagai setasiun early warning yang tersebar di berbagai tempat dan daerah
Di era reformasi ini sistem HANKAMBEG semakin amburadul, dengan keluarnya Polri dari ABRI, dan berkedudukan langsung dibawah presiden, T.NI yang tidak jelas tentang penggunaan kekuatannya, pelaku makar yang hanya dikategorikan pelaku kriminal, menjadikan TNI kehilanysn perannya sebagai bhayangkari bangsa dan negara
Masih banyak lagi bahasan yang tidak mungkin diungkapkan di media terbatas ini. Tapi yang jelas kita harus secara radikal merubah diri dan membenahi wawasan agar mampu menghadapi dan menjalani masa depan demi generasi penerus kita.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak merubahnya sendiri
❤️🌹🇮🇩🌻💐🌷🌸👍
jm,vssmatd,sby,13042021
Jusuf Mahdi: Sistem Early Warning NKRI Yang Antisipatif Terhadap Tantangan Masa Depanhttps://t.co/WSNZdtaG12 pic.twitter.com/s6cbzqDYNA
— Alvin Yudistira (@alvinyudistira) April 11, 2021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar