Jumat, 13 Agustus 2021

Bagus Taruno >Fwd: Rokok Klobot Dan Harga Diri Anak Bangsa




[1:53 PM, 8/13/2021]
Bagus Taruno >Forwarded: ROKOK KLOBOT DAN HARGA DIRI ANAK BANGSA

Masya Allah

Pada bulan Desember 1949, dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang digelar di Den Haag, Belanda.

Dalam sesi rehat, semua orang terganggu karena ruangan dipenuhi asap yang beraroma rempah terbakar. Semua mata tertuju pada seorang pria tua berjanggut yang sedang merokok di pojok ruangan.

Rokok klobot campuran dari tembakau, cengkeh, dan lada.
Delegasi AS perlahan mendekati pria tersebut yang tampak acuh tak acuh meski diperhatikan semua orang. Seketika itu juga beberapa orang dari Delegasi Belanda, Australia, dan Swedia ikut menghampirinya.
"Apa Tuan tidak punya rasa hormat?" ujar Delegasi Belanda.

Pria tua berjanggut itu hanya tersenyum seraya mengembuskan asap rokok yang membentuk huruf O.
Pria tua itu menjawab: "Apa maksud Tuan dengan rasa hormat?"

"Asap dan aromanya itu (rokok) sangat menyengat, mengganggu kami semua," jawab orang Belanda.

"Tahukah Tuan, aroma itu berasal dari tembakau Deli, cengkeh dari Sulawesi, lada dari Lampung. Ketiga komoditas itulah yang mendorong Tuan beserta balatentara Tuan datang ke negeri kami dan akhirnya menjajah kami. Tanpa ketiga komoditas itu, apa Tuan masih mau datang ke negeri kami?" ucap  pria tua itu dengan santun dalam bahasa diplomat berkelas.

"Ya, tapi ini 'kan tempat terhormat? Tidak ada tempat merokok di sini", jawab orang Belanda.

"Kami memang tidak pandai menciptakan tempat bagi orang terhormat, tetapi kami mampu beramah-tamah sekian ratus tahun dengan orang yang menjarah negeri kami. Apakah itu kurang cukup mengajarkan Tuan tentang rasa malu?" jawab pria tua itu lagi.

Kemudian pria tua itu menatap ke semua orang yang mengerumuninya, "Setujui dan akui sajalah kedaulatan negeri kami, maka Tuan-tuan tidak akan pernah bertemu dengan orang seperti saya lagi. Tempat terhormat ini tidak akan lagi tercemar dengan asap beraroma tembakau, cengkeh dan lada," tuturnya.

Orang Belanda itu tersipu malu. Sementara para Delegasi AS, Australia dan Swedia bertepuk tangan sebagai ungkapan rasa hormat.

---
Siapakah tetua itu?
Ia adalah H. Agus Salim, Bapak Pendiri bangsa Indonesia.
Beliau menguasai 6 bahasa. Diplomat yang seumur hidupnya melarat untuk pengabdiannya kepada kemerdekaan RI. Pada tahun 1953, ia dipercayai menjadi dosen selama setengah tahun di Cornell University, AS._

---
Proklamasi itu kemerdekaan secara de facto, namun secara de jure orang-orang terbaik bangsa mati-matian memperjuangkannya di Den Haag, Belanda.

Begitulah cara H. Agus Salim menghadapi penjajah beserta kacungnya yang mengatasnamakan "INTERNASIONAL"

---
Semua orang itu sama. Punya rasa takut, baik itu kepada Tuhan, sesama manusia maupun bencana alam.

Orang yang kita lihat hari ini berani karena dulunya sering diintimidasi oleh rasa takut. Karena sudah biasa menghadapi rasa takut, akhirnya mereka mampu mengendalikan rasa takutnya menjadi kekuatan untuk berani.

Copas
(AP)

Kamis, 12 Agustus 2021

Jusuf Mahdi: Pratoli Maritim TNI-AL Sebagai Penunjang Early System Detection NKRI




[5:05 AM, 8/12/2021] 
Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩🌷 PATROLI MARITIM TNI-AL SEBAGAI PENUNJANG EARLY SYSTEM DETECTION NKRI 🌷🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Sebelum membahas lebih lanjut judul diatas marilah kita mengadakan evaluasi terkait hal sebagai berikut :

Apa benar Indonesia negara maritim??
Dimana penetapan secara hukum tentang hal  tersebut??

Apa ada wawasan maritim Indonesia??
Apa ada konsep kemaritiman Indonesia??

Negara  Indonesia adalah negara berbentuk NKRI

Apakah NKRI berarti :

a. Negara kesatuan Kepulauan RI
b. Negara kesatuan Kelautan RI
c. Negara kesatuan Kemaritiman RI
d. Negara kesatuan Kebersamaan RI
e. Negara kesatuan Komunitas RI
f. Negara kesatuan Keberagaman RI
g. Negara kesatuan Kerakyatan RI

Cobalah juga dicermati arti Negara Kesatuan RI, apa yang menjadi dan menyebabkan adanya kesatuan dimaksud.

Anda boleh saja mengira bahwa saya mengada-ada dengan point--point diatas, tetapi cobalah dikaji dengan cerdas,  logik, ilmiah dan  komprehensif  sehingga dapat diambil kesimpulan yang mudah dipahami oleh generasi penerus kita.

Kembali ke topik, sebuah bangsa dan negara harus memiliki wawasan yang jelas tentang apa tujuannya bernegara yang diwujudkan dalam manajemen sistem pengelolaan ketatanegaraan dan ketatapemerintahan.
Untuk bangsa Indonesia cita-cita dan tujuan kemerdekaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat telah disuratkan dan disiratkan dalam Pembukaan UUD 1945, yang bersifat lokal, regional, nasional, global dan universal.
Warisan dari para founding fathers yang penuh makna bagi bangsa Indonesia dalam berkehidupan.

Baiklah saat ini kita berasumsi bahwa kita adalah negara yang . berwawasan maritim. Maka wilayah  kedaulatan negara kita adalah meliputi seluruh wilayah daratan, dirgantara dan lautan sampai batas laut ZEE. Wilayah yang laut merupakan sarana pemersatu dan penghubung serta pengikat yang erat dari seluruh bagian kepulauan Indonesia.

Laut yang terdiri dari perairan daerah dalam wilayah, ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia), laut jalur pendekat, selat antara pulau, laut ZEE yang harus menjadi  pembelaan yang berkelanjutan.

Untuk itu penjagaan wilayah harus dilakukan, terutama di daerah lautan sebab musuh datangnya melalui laut. Disinilah peran dari TNI-AL. sebagai garda terdepan bela negara. Maka gelar kekuatan AL sebagai penangkal AGHT harus cukup canggih, dapat mengamati dan melindungi wilayah maritim Indonesia. Salah satunya adalah dimilikinya patroli udara maritim sebagai early warning detection system yang dapat secara cepat mengantisipasi penyusupan, infiltrasi, subversi, pengumpulan data intelijen, terutama yang disusupkan musuh melalui laut, baik dari permukaan maupun dari bawah laut. Pada akhir-akhir ini hal tersebut terbukti dengan ditemukannya drone, pesawat tak berawak dan sea glider dari Cina yang jatuh dan terdampar di perairan dan wilayah pantai Indonesia.
Juga masuknya berton-ton narkoba dari Cina yang jelas melalui laut, imigran gelap yang menyamar jadi TKA, PSK asal Cina dsb adalah kelemahan kita dalam masalah deteksi dini terhadap berbagai kemungkinan yang berkembang.

Dari apa yang saya sampaikan di awal tulisan, maka apa yang saya kemukakan bukanlah reka pikir yang imaginer tetapi adalah prediksi yang  logik dan realistis

Diperlukan pemikiran yang cerdas dan komprehensif untuk membuat solusi yang implementatif dan berkemampuan menghadapi masalah.

TNI-AL harus dilengkapi dengan satuan skuadron udara patroli maritim, yang berkemampuan deteksi early warning yang  dapat dikirim melalui pangkalan dan kapal perang dalam rutinitas patroli.

Kita melihat sejarah bahwa dulu AL dilengkapi dengan pesawat TU-21,; Gannet, Albatros, Dakota, helikopter, dll

Tulisan dan pemikiran saya ini bukan disebabkan karena saya mantan perwira AL, tetapi sebagai seorang yang berwawasan maritim yang peduli kepada masa depan bangsa dan negara.

Dirgahayu 76 tahun kemerdekaan bangsa dan 76 tahun NKRI.

🇮🇩❤️🌷🌹🌻💐🌸🇮🇩

vssmatc, sby 12082021


Rabu, 11 Agustus 2021

via dr. Zamir Alvi: Yusdi Lastutiyanto: KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

[1:05 PM, 8/11/2021] Zamir Alvi:
KONFLIK INTERNAL ITU DAN KESADARAN DIRI

Dalam kehidupan ini siapapun orangnya, jabatannya atau kepintarannya tidak pernah lepas dari yang namanya Inner critics (kritik diri).

Mereka yang masih sadar bahwa mereka adalah mahkluk sosial, mahkluk yang punya harapan dan berinteraksi dengan orang lain, pastilah selalu berkomunikasi dengan dirinya.

Komunikasi dalam diri ini yang kemungkinan menyebabkan terjadi konfilk diri jika bagian dalam diri tidak menyadari apa maksud positif di balik setiap kritik.

Fritz Perls dengan Gestalnya mempermudah pemahaman kita tentang adanya konflik internal ini, dia membagi menjadi dua bagian sederhana yang disebut “Topdog” dan “Underdog.”

Topdog biasanya yang selalu merasa paling benar dan otoritas, dia tahu apa yang terbaik sebab apa yang dipikirkan seringkali tentang idealism dan hampir selalu benar dan ide-idenya muncul dari tuntutan social. Topdog ini sering kali mengharuskan diri untuk melakukan sesuatu, memutuskan sesuatu atau tidak menyetujui sesuatu. Topdog adalah bagian diri kita yang pandai memanipulasi diri dengan tuntutan atau ancaman, misalya; “kalau kamu tidak melakukan itu, maka kamu tidak akan dihargai’. “kalau kamu tidak menjalankan perintahnya, maka kamu akan menyesal dan akan jadi tidak berguna.”

Topdog berisikan tentang nilai dan keyakinan dalam hidup tentang idealism, bahkan idealism di atas idealisme. Seseorang bisa sangat kaku dan dengan sebuah nilai yang digenggamnya. Tapi harus diakui kehadiran Topdog ini bisa jadi memberdayakan, sebab ada motivasi dan harapan disana, ada pemaknaan tentang idealisme disana dan memegang teguh sebuah nilai bisa menjadi hal positif jika kita bisa menyeimbangkan dengan kecercasadan emosi dan intelektual.

Yang selanjutnya adalah bagian diri yang disebut “Underdog”, sifat manipulatif menurut Fritz yang memainkan peran pertahanan diri,  permintaan maaf, pemakluman dan menjadi korban. Underdog tidak punya kekuasaan. Underdog adalah Mickey Mouse dan Topdog adalah Super Mouse, kalimat yang sering diucapkan misalnya; “Saya coba melakukan yang terbaik’, “Ga apa-apa ah, kan saya sudah berbuat semampunya”, “saya sudah berniat baik.”, Underdog di ibaratkan sifat licik kita yang mencari celah agar diri kita nyaman.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Topdog dan Underdog berusaha mencari kontrol pada diri, yang satu membahas tentang expektasi dan yang satu adalah tentang realitas. Konflik internal ini terjadi setiap saat dalam dialog internal kita.

Konflik internal antara Topdog dan Underdog tidak akan pernah selesai, karena masing-masing berjuang untuk mempertahankan dirinya, mempertahankan nilainya dan keyakinannya dari proses pengalaman hidup.

Lebih lanjut banyak ahli yang menggunakan konsep lain tentang adanya bagian diri yang berkonflik ini, ada yang menggunakan istilah (Part) bagian dan (Ego State) ke-aku-an, yang kurang lebih maknanya adalah tentang perasaan, pengalaman dan ide yang ada dalam diri kita yang mempengaruhi cara kita berpersepsi sampai memutuskan seusuatu.
Dalam kajian psikoterapi konflik internal ini, biasanya di ajak berdamai dan rekonsiliasi diri sehingga setiap bagian bisa saling support, karena setiap bagian bekerja pada konteks tertentu dengan tujuan positif melindungi diri dari dunia internal.

Lalu bagaimana menyadari kondisi ini?

Yang pertama adalah memahami apa tujuan positif dari munculnya bagian dalam diri yang ingin beraktualisasi dan menunda misalnya, setiap bagian akan membawa kita kemana dan setiap bagian yang berkonflik membuat kita jadi apa, apa konsekuensi logis tiap pilihan dan adakah solusi lain jika konflik itu muncul, yang jelas ujungnya adalah bagaimana setiap bagian, entah itu Topdog dan Underdog bekerja berdasarkan kondisi yang dibutuhkan dan bisa saling support.

Dari Fritz Perls kita belajar, bahwa mengenali dan menyadari Inner Critics dan Inner Conflict membuat kita perlu terus belajar memahami diri, sebab perubahan di luar seringkali mempengaruhi kedalam diri.

Solusi yang diberikan Fritz selain tentang memahami maksud positif dari Topdog dan Underdog adalah dengan latihan “Mindfulness” hadir dan menghayati diri dari setiap respon, menyelami makna dan mengoprasikan diri seutuhnya berdasarkan konteks, sebab idealime itu penting dan memanusiakan diri juga penting, yang diperlukan adalah menyadari bahwa setiap pilihan dan keputusan sebaiknya membuat kita menjadi manusia lebih baik lagi.

Semoga Bermanfaat

Yusdi Lastutiyanto.Cht (IACT-USA).,CI
Pembelajar Hipnosis dan NLP

Jakarta. 11 Agustus 2021

Jumat, 30 Juli 2021

Jusuf Mahdi: Pembukaan UUD 1945 Sendi Utama Kehidupan Internal dan Universal Bangsa



[11:31 AM, 7/30/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: .🇮🇩❤️ PEMBUKAAN UUD 1945 SENDI UTAMA KEHIDUPAN INTERNAL DAN UNIVERSAL BANGSA ❤️🌹🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Allah SWT menciptakan makhluk manusia yang diturunkan ke muka bumi untuk hidup dan berkehidupan sebagai pemimpin, wakil Allah yang mengemban amanah untuk menegakkan kemuliaan sebagai  sebagian dari tanda kekuasaan Allah SWT Yang Maha Penentu segalanya

Untuk menjalani hidup dan kehidupan maka manusia sebagai makhluk sosial yang kemudian bermutasi menjadi bangsa harus memiliki pedoman baku sebagai wawasan yang berorientasi ke masa depan  Pedoman tersebut bagi bangsa Indonesia adalah Pembukaan (Preambule) UUD 1945 yang melingkupi  dimensi   internal dan universal, spiritual dan ragawi yang lengkap dan terarah..

Dalam alinea pertama tersurat dan tersirat bahwa : "Sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa" yang berarti .bahwa arti, makna, inti dan esensi  kata MERDEKA dan KEMERDEKAAN itu harus benar-benar dipahami.

MERDEKA yang berarti tidak terjajah secara lahir dan batin, memiliki kebebasan berolah rasa, jiwa, cipta dan raga untuk meraih kemuliaan diri sebagai makhluk Allah SWT.

KEMERDEKAAN yang berarti memiliki harkat, martabat, derajad sebagai diri yang sama dengan manusia / bangsa yang lain dalam persaudaraan, saling peduli dan menolong dalam kebajikan, kebaikan dan kebenaran dalam mengharap ridho dan barokah Allah, Tuhan Yang Maha Esa dan senantiasa didasari oleh peri kemanusiaan dan peri keadilan..

Dari pemahaman alinea pertama ini disadari bahwa kehidupan itu penuh tantangan yang harus dihadapi dengan perjuangan / survival yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup yang diharapkan, dicita-citakan, menjadi tujuan sebagai manusia yang merdeka seutuhnya dalam tatanan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Semua hal di atas tidak akan terwujud bila tidak atas berkat  Rakhmat Allah Yang Maha Kuasa, sebab Dia lah segala penentu kehidupan manusia dan alam semesta.

Wawasan atau Visionary Strategical Grand Design bangsa sudah jelas dirumuskan dalam isi alinea ke empat dengan Pancasila sebagai way of life bangsa.

Dalam implementasi dari inti hal diatas, ada beberapa hal yang bisa dicermati secara cerdas, logik dan komprehensif yang berlaku internal dan universal, yaitu :

💧 COMMUNITY DEVELOPMENT, membangun jalinan kemitraan. Saat ini dilakukan Turki / Erdogan kepada negara-negara Afrika yang terpuruk dalam krisis ekonomi, bencana alam dll a.l Somalia, dsb dengan melunasi hutang negara tersebut kepada IMF dari dana Turki yang dipinjamkan kepada IMF
Dari sini Community Development, membangun komunitas sebagai persaudaraan antara sesama manusia diwujudkan secara tulus dan ikhlas.

💧 HARVESTY AND FORESTY DEVELOPMENT, membangun pemberdayaan potensi  pertanian, perkebunan, perikanan dll yang juga dilakukan Turki ke negara-negara Afrika agar bisa berkemampuan dan mandiri untuk dapat mengatasi masalah.

Apakah kita bisa menerapkan hal diatas untuk kita sendiri sehingga Ketahanan Nasional kita menjadi berkemampuan, berkualitas dan mandiri??

Harus selalu diingat bahwa kesejahteraan rakyat dapat dicapai bila faktor pendidikan dan kesehatan dapat menjadi keutamaan pemberdayaan nasional. Dengan hal ini maka akan dapat diberdayakan ketahanan ekonomi, pangan, industri dlsb sebagai Kekuatan Nasional yang berkemampuan, berkualitas dan mandiri sehingga bangsa mampu menghadapi tantangan jaman.

Marilah kita di era ini menjadi pahlawan di bidang pembangunan jiwa dan raga, watak dan karakter, moralitas dan mentalitas, akhlaqul karimah, jati diri yang bersih, jujur dan amanah, dalam tatanan clean government and good governance. Inilah arti dari  mengisi halaman dan rumah kebangsaan yang sebenarnya

Selamat mengenang para founding fathers yang telah tulus dan ikhlas berjuang demi kehormatan bangsa dan negara

❤️🇮🇩🌹🌹🌹🇮🇩❤️
jm,vssmatc,sby,09112020


[12:23 PM, 7/30/2021] Bagus Taruno: Membahas Pembukaan (preambule) UUD 1945 sebaiknya dibahas bersama² dg Teks Proklamasi, karena keduanya adalah loroloroning atynggal, dua yg tdk terpisah.

Satu tanpa lainnya tidak ada gunanya. Ibarat sayap burung, Indonesia tdk akan bisa terbang tinggi tanpa 2 sayap itu, yakni Teks Proklamasi dan Preambule.

Tanpa kedua dokumen tersebut dalam atunggal, Indonesia akan timpang, dan pemahaman selanjutnya pasti akan salah.

Kamis, 29 Juli 2021

Ismail Fahmi @ismailfahmi: India Melawan disinformasi di WA

 

India Melawan disinformasi di WA

"Ketika pesan tidak ilmiah menjadi viral, saya menghubungi setidaknya tiga dokter COVID dan mengkonfirmasi semua fakta," katanya. Dia kemudian mengetik pesan, membuat video, dan meneruskan kliping koran. Ini ..menyelamatkan banyak nyawa.

https://www.theverge.com/22535642/covid-misinformation-india-asha-whatsapp


Bharti Kamble memasang status WhatsApp pada kisaran suhu tubuh manusia.


PEKERJA KESEHATAN INDIA MENGHILANGKAN KESALAHAN INFORMASI DI WHATSAPP

Tulang punggung sistem perawatan kesehatan pedesaan India sekarang ditugaskan untuk mengalahkan mitos COVID-19, satu pesan pada satu waktu

Oleh Sanket Jain 17 Jun 2021, 9:00 EDT

Bharti Kamble sedang mencari pesan palsu terkait COVID-19. Sore hari, dia dengan hati-hati membaca lebih dari 500 pesan dari delapan grup WhatsApp. Saat dia menyelesaikan pencariannya, dia merasa lega. “Selama 30 hari sekarang, saya tidak menemukan satu pun informasi yang salah saat WhatsApp meneruskan,” katanya. Tapi setelah satu tahun dihabiskan untuk memerangi informasi yang salah, Kamble tetap waspada. “Masih terlalu dini untuk menyatakan kemenangan,” katanya.

Kamble adalah aktivis kesehatan sosial terakreditasi (pekerja ASHA), prajurit kaki sistem perawatan kesehatan pedesaan India. Ketika dia mulai bekerja sebagai ASHA, dia tidak pernah berpikir dia akan memeriksa ratusan pesan setiap minggu. Dipilih di bawah Misi Kesehatan Nasional India, pekerja ASHA adalah wanita yang merawat sekitar 1.000 orang di desa mereka. Mereka ditugaskan dengan setidaknya 50 tanggung jawab, beberapa di antaranya termasuk menyediakan obat-obatan untuk penyakit umum seperti batuk atau demam, memelihara lebih dari 73 catatan kesehatan masyarakat yang berbeda, konseling tentang kesiapan kelahiran, memastikan perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, mengatur imunisasi, menyediakan kontrasepsi, dan lebih banyak.

Kamble adalah pekerja ASHA untuk 701 orang yang tinggal di desa terpencil Bolakewadi di negara bagian Maharashtra, India Barat. Dalam beberapa hal, mereka beruntung selama pandemi — desa tersebut belum melaporkan satu pun kasus COVID. Sungguh menakjubkan karena lebih dari 50 persen penduduk desa secara teratur bermigrasi 285 mil ke utara ke ibu kota keuangan India, Mumbai, sebuah kota yang menjadi hotspot COVID.


Ada banyak desa terpencil tanpa konektivitas internet. Pekerja ASHA Mandakini Kodak dan Rekha Dorugade melakukan perjalanan sejauh enam mil untuk mencapai desa terpencil — membuat orang sadar akan upaya vaksinasi.


Mulai Maret 2020, hampir 1 juta pekerja ASHA di 600.000 desa di India ditugaskan untuk menangani transmisi komunitas virus corona. Mereka mensurvei populasi mereka untuk menemukan dugaan kasus COVID, memantau tingkat oksigen dan suhu pasien setiap hari, melacak kontrak, memastikan pasien menyelesaikan masa karantina mereka, dan membantu mereka mendapatkan perawatan medis.

Tugas mereka yang menakutkan diperumit oleh informasi yang salah, yang menyebar seperti api di platform media sosial. Saat melakukan survei pada Maret 2021, Kamble menemukan seorang wanita berusia 80-an dengan demam tinggi dan kelelahan. "Kenapa kamu tidak mengambil tablet parasetamol dariku?" tanya Kamble. Wanita tua itu menjawab, “Bagaimana jika Anda akan memberikan nama saya kepada [penyelia] senior Anda, meminta saya untuk dikarantina? Saya mendengar bahwa puasa dan berdoa kepada Tuhan meredakan demam.” Itu adalah hari ketiga puasanya. Tanpa penundaan, Kamble memberinya paket Oral Rehydration Solution (ORS) dan tablet parasetamol. “Dalam empat hari, dia merasa lebih baik,” kata Kamble, tetapi tugasnya masih jauh dari selesai. Kamble mulai menyelidiki dan menemukan bahwa "puasa menyembuhkan COVID" adalah pesan informasi yang salah yang diteruskan beberapa kali dalam bahasa daerah Marathi di grup WhatsApp desa.

Kamble, yang merupakan bagian dari lebih dari delapan kelompok tersebut, segera mengirim pesan bahwa puasa bukanlah obat untuk COVID-19. Dia menjelaskan ilmu di balik diet yang tepat dan pentingnya obat-obatan modern. Dia ingin memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mencoba menghilangkan demam. “Kami tidak mendapatkan pelatihan untuk menghilangkan informasi yang salah. Kami belajar di tempat kerja dan dengan interaksi dari orang-orang, ”katanya. Dia mungkin tidak memiliki pelatihan formal, tetapi Kamble telah banyak berlatih selama setahun terakhir.


Mandakini Kodak membuat catatan tentang misinformasi yang tersebar di masyarakat.


Selama pandemi COVID-19, India telah dites positif untuk pseudosains dan informasi yang salah, yang menyebabkan lonjakan kasus. India melaporkan lebih dari 29 juta kasus, dengan lebih dari 353.000 orang meninggal akibat virus tersebut pada 9 Juni 2021, dengan para ahli menyatakan bahwa angka ini tetap sangat kecil. Beberapa pemimpin Partai Bharatiya Janata sayap kanan terpilih telah vokal tentang minum urin sapi untuk mencegah COVID, dengan beberapa bahkan membuat video tentang hal itu.

Tahun lalu, para pemimpinnya mengadakan acara minum gaumutra (air seni sapi). Kamble menemukan beberapa pesan seperti itu. “Apa yang kamu katakan tentang hal seperti itu? Bahkan banyak orang yang mencobanya.” Dia mulai mencari pesan ilmiah dari dokter dan mulai mengirim pesan tentang perawatan COVID yang benar-benar berhasil. *“Jika Anda secara langsung melawan informasi yang salah dengan mengatakan itu salah, maka orang-orang tidak mendengarkan dan mulai memprovokasi Anda,” jelasnya. Sebaliknya, penawarnya adalah menyebarkan informasi ilmiah dengan cara yang paling mudah. Akhirnya, katanya, orang-orang menyadari bahwa urin sapi bukanlah obat untuk COVID.*

Kamble bukan satu-satunya pekerja ASHA yang menggunakan WhatsApp untuk mengekang informasi yang salah. Netradipa Patil, seorang ASHA dan pemimpin lebih dari 3.000 ASHA dari wilayah Shirol Kolhapur, menemukan bahwa setiap anggota keluarga di wilayah surveinya yang terdiri dari 1.000 orang memiliki setidaknya satu smartphone. “Ketika kami membagikan pamflet kesadaran COVID, orang-orang membuangnya. Saat itulah saya memutuskan untuk bertindak dengan cerdas.” Ketika dia melihat berita palsu dan informasi yang salah, dia membuat grup WhatsApp hyperlocal dengan lebih dari 200 anggota. "Ketika pesan tidak ilmiah menjadi viral, saya menghubungi setidaknya tiga dokter COVID dan mengkonfirmasi semua fakta," katanya. Dia kemudian mengetik pesan, membuat video, dan meneruskan kliping koran. Ini telah menghabiskan banyak waktunya tetapi telah membantu menyelamatkan banyak nyawa. “Pada gelombang kedua COVID (Maret hingga Juni 2021), daerah saya melaporkan kurang dari 10 kasus dan tidak ada kematian,” katanya bangga. Sebaliknya, distrik Kolhapur secara keseluruhan melaporkan tingkat kematian kasus sebesar 3,5 persen pada Mei 2021 — salah satu yang tertinggi di India.


Tahun lalu, Netradipa Patil membentuk grup WhatsApp hyperlocal di mana ia secara konsisten membagikan informasi ilmiah terverifikasi terkait COVID-19 dan pengobatannya.


Pada Juni 2020, Patil telah memobilisasi ASHA lain untuk membentuk kelompok serupa. Selain memerangi informasi yang salah melalui WhatsApp, mereka juga berupaya untuk menghilangkan informasi yang salah selama survei komunitas mereka sehingga mereka dapat menjangkau orang-orang tanpa akses internet.

Situasi menjadi lebih mendesak musim semi ini. Mulai 1 Maret 2021, India memulai upaya vaksinasi untuk warga di atas usia 60 tahun. ASHA akan membuat daftar warga tersebut dan menyerahkannya kepada otoritas sipil setempat — tetapi bahkan mengumpulkan nama menjadi perjuangan yang berat. “Warga senior terus memberi tahu saya bahwa vaksinasi COVID seperti keracunan lambat. 'Dalam waktu enam bulan setelah ditusuk, kami akan mati,'" kata Patil. Informasi yang salah bahwa “populasi India telah meningkat pesat dan Pemerintah menggunakan vaksin untuk menguranginya” menyebar dengan cepat. “Kedengarannya lucu, tetapi butuh dua bulan pengiriman pesan dan kunjungan dari rumah ke rumah untuk meyakinkan lebih dari 90 persen orang untuk divaksinasi,” kenangnya. Patil juga membagikan fotonya saat ditusuk dan berkata, "Saya telah meminum kedua dosis itu, dan saya masih hidup."

Bahkan setelah orang divaksinasi, pekerjaan ASHA tidak berakhir. Di desa Pernoli Kolhapur dengan 2.265 penduduk, dua orang meninggal dalam beberapa hari setelah vaksinasi. Ini adalah skenario mimpi buruk bagi pekerja ASHA Mandakini Kodak dan Rekha Dorugade. Tiba-tiba, semua orang di desa mereka menolak vaksinasi. Mereka menyelidiki kematian ini dan menemukan bahwa kedua orang tersebut menderita asma dan positif COVID - dan bahwa mereka tidak menerima perawatan yang memiliki reputasi baik. “Mereka mengambil suntikan dan obat-obatan dari seorang dukun. Bagaimana seseorang bisa menyalahkan vaksin itu?” tanya Kodak.


Beberapa orang dari desa-desa terpencil takut akan vaksinasi karena informasi yang salah yang merajalela. Seringkali, orang bersembunyi di rumah mereka atau melarikan diri ketika pekerja ASHA sedang melakukan survei di masyarakat.


Seringkali, informasi yang salah terkait dengan kepercayaan takhayul. “Tahun lalu, beberapa warga desa menolak untuk mengikuti protokol COVID, mengatakan bahwa Tuhan desa tidak akan membiarkan Corona masuk,” kenang Kodak. Kamble menghadapi hal serupa. Karena kasus COVID terus meningkat di seluruh pedalaman, beberapa penduduk desa memutuskan untuk mengerumuni kuil setempat untuk “doa bersama.” Kamble mulai mengirim pesan bahwa bahkan jika satu orang dites positif COVID, itu dapat menyebabkan penularan komunitas. Dia menempatkan infografis protokol COVID sebagai status WhatsApp-nya. “Iman benar-benar baik-baik saja, tetapi ketika itu mengalahkan logika dan sains, itu menjadi masalah,” katanya.


ASHA bekerja dalam kondisi yang menyesakkan dengan peralatan keselamatan yang tidak memadai dan menerima "insentif berbasis kinerja" berdasarkan tugas yang diselesaikan. Meskipun bekerja selama lebih dari satu dekade, mereka tidak diakui sebagai pekerja penuh waktu dan rata-rata gaji bulanan $41 hingga $55 di Maharashtra. “Kami menghilangkan informasi yang salah, menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya, dan menyelesaikan survei di telepon, namun Pemerintah bahkan tidak mengganti kami untuk internet,” kata Patil. Dengan gaji yang buruk, banyak ASHA merangkap sebagai buruh tani untuk memenuhi kebutuhan.

Sumber daya mereka yang terbatas tidak dipahami dengan baik di komunitas yang mereka layani. Tahun lalu, sebuah rumor mulai beredar di WhatsApp yang mengatakan bahwa untuk setiap pasien COVID-19 yang terdeteksi, Pemerintah Pusat akan mengirimkan uang ke pemerintah daerah, kata Kodak. Ini tidak benar. “Pemerintah tidak punya uang bahkan untuk membeli sarung tangan dan pembersih tangan untuk kami, bagaimana dan mengapa mereka mengeluarkan uang untuk mendeteksi kasus?” tanya Kodak sambil tertawa.

Misi ASHA untuk menahan wabah COVID-19 sering terhambat oleh oksimeter dan termometer inframerah (IR) berkualitas rendah yang disediakan oleh pemerintah. Saat melakukan survei, Maya Patil, seorang ASHA dari Shirol, menemukan bahwa oksimeternya tidak menunjukkan pembacaan apa pun. Ada masalah dengan tampilan dan kualitas oksimeter. “Itu akan menunjukkan pembacaan hanya ketika di dalam ruangan. Mensurvei di dalam rumah-rumah di zona penahanan dengan ventilasi yang tidak memadai berarti mempertaruhkan nyawa, tetapi Pemerintah tidak memahami hal ini, dan [menolak untuk memberi] kami peralatan berkualitas lebih baik, ”katanya. Sebagai akibat dari pembacaan yang salah, banyak orang menahan diri untuk tidak menguji kadar oksigen mereka. “Banyak nyawa akan terancam jika ada transmisi komunitas karena peralatan yang rusak,” kata Maya Patil.


Hambatan utama untuk pelacakan kontak berasal dari oksimeter berkualitas rendah dan termometer inframerah yang disediakan untuk ASHA oleh pemerintah.


Kamble mengalami masalah serupa dari seorang wanita berusia 72 tahun. “Tingkat oksigennya turun menjadi 70. Keluarga tidak percaya dan mulai melecehkan saya secara verbal,” katanya. Keluarga mulai menuduh Kamble merencanakan konspirasi untuk mengirim wanita tua itu ke pusat karantina. Entah bagaimana, dia membujuk keluarga untuk berkonsultasi dengan dokter. Tingkat oksigen pasien didiagnosis lebih rendah. “Lebih sedikit oksigen tidak selalu berarti COVID, dan orang-orang bahkan tidak tahu berapa tingkat oksigen normalnya,” kata Kamble.

Untuk mendidik masyarakat dan mendapatkan kembali kepercayaan mereka, Kamble kembali beralih ke media sosial. Dia menemukan grafik yang mewakili tingkat oksigen yang dibutuhkan dan memasangnya sebagai status WhatsApp. Dia mengirim foto yang sama ke beberapa grup WhatsApp, akhirnya menjangkau lebih dari 500 orang secara langsung.

“Kotak masuk saya dibanjiri dengan balasan, dengan beberapa menyebutkan bahwa mereka telah mengambil tangkapan layar sebagai referensi, sementara yang lain berterima kasih kepada saya karena membuat mereka menyadarinya,” katanya. “Keluarga yang sama sekarang meminta saya untuk memantau kadar oksigen setiap hari.” Untuk sesuatu yang sederhana seperti memeriksa oksigen, Kamble terpaksa menghabiskan beberapa jam bekerja untuk melawan informasi yang salah di WhatsApp. Sekarang, dia berhadapan dengan pejabat kesehatan senior mengenai peralatan berkualitas biasa-biasa saja. Sudah, dia telah mengganti beberapa oksimeter dan termometer IR.

Ini adalah salah satu kisah kemenangan yang dibagikan ASHA tentang melawan informasi yang salah menggunakan teknologi. “Ada banyak orang yang berterima kasih kepada kami karena telah meminta mereka untuk divaksinasi,” kata Kodak. Sementara beberapa orang di daerah itu dinyatakan positif COVID, tidak ada yang dirawat di rumah sakit, membenarkan kampanye vaksinasi ASHA. “Sangat menyegarkan untuk mendengarkan cerita seperti itu.”

“Bahkan jika orang tidak setuju dengan pesan kami, mereka membaca dan berdiskusi. Saat melakukan survei, kami menghabiskan setidaknya tiga jam setiap hari untuk melawan informasi yang salah seperti itu,” kata Kamble. Sementara informasi yang salah di desanya sendiri telah melambat, daftar pesan pseudoscientific terus memantul di sekitar grup WhatsApp di daerah lain di negara ini.

“Seseorang tidak boleh mengambil vaksin saat menstruasi”

“Jika Anda telah mengambil vaksin, Anda harus menghindari sinar matahari selama seminggu”

“Mendengus bubuk kapur barus meningkatkan kadar oksigen Anda.”

"Bawang yang dimakan dengan garam batu menjauhkan Corona."

Ini hanya beberapa dari ratusan pesan yang diterima Kodak akhir-akhir ini. Dia membahas setiap pernyataan, sering kali saat bekerja 10 hingga 12 jam sehari. "Jika saya menyelamatkan seseorang, saya akan melakukan pekerjaan saya," katanya.

Fotografi oleh Sanket Jain

via dr Zamir Alvi: dr Iqbal Mochtar: MIRIS DI TENGAH ERA POST-TRUTH

[11:52 AM, 7/27/2021]
Zamir Alvi: MIRIS DITENGAH ERA POST-TRUTH

Iqbal Mochtar

Enggak gampang hidup di era ini. Era post-truth. Era dimana banyak orang percaya sesuatu yang tampak benar, padahal enggak benar sama sekali. Kasarnya, kebohongan menyamar menjadi kebenaran.

James Ball lebih tajam lagi; menurutnya, post-truth adalah era dimana omong kosong (bullshit) menaklukkan dunia. Mekanismenya kompleks.

Oxford dictionary menjelaskan fenomena ini lebih detail. Post-truth adalah fenomena dimana fakta obyektif dikalahkan oleh perasaan pribadi, feeling atau emosi. Saat dimana bukti-bukti ilmiah tidak dipedulikan dan orang lebih mendengar bukti anekdot, testimoni tidak jelas dan bahkan campuran perasaan dan kira-kira. Penggalan-penggalan cerita tanpa bukti di twitter, facebook dan instagram lebih dipercaya dan dijadikan rujukan daripada pendapat profesional atau hasil penelitian di jurnal.  

Bagaimana kebohongan menaklukkan dunia?

Satu, google minded. Dengan tersedianya google, orang tiba-tiba merasa menjadi pintar dalam segala hal. Dengan mengutak-atik beberapa halaman google, mereka merasa telah menjadi ahli dan mampu bicara apa saja. Semua bidang diterabas; mulai kesehatan, agama, sosial, politik dan budaya. Dengan bermodal bacaan google beberapa hari, mereka menantang profesional yang dididik puluhan tahun dibidangnya. Orang model ini menganggap google sebagai ‘kitab suci’; sumber segala sumber kebenaran. Dengan modal ini, mereka terus menggaungkan pikirannya, sekalipun pikiran itu bertentangan dengan dogma keilmuan spesifik.  

Kedua, filter buble. Masyarakat gandrung untuk percaya apa yang enak menurut mereka. Comfort zone. Disini personal feeling bermain. Masyarakat suka sesuatu yang praktis, taktis, mudah dilakukan dan tidak mengusik ruang hidup mereka. Kasarnya, mereka berada dalam feeling bubble. Maka jangan heran, masyarakat lebih senang percaya manfaat bawang putih atau minyak kayu putih daripada manfaat vaksin. Karena bawang putih familiar, murah dan mudah didapat bagi mereka. Mereka juga lebih senang mendengar bahwa Covid-19 adalah penyakit flu biasa dan tidak berbahaya. Karena ini membuat mereka tenang. Berita bahwa Covid berbahaya mengusik ketenangan psikologis mereka. Mereka senang berada dalam comfort zone feeling mereka. Mereka tidak senang mendengar berita tentang vaksin. Karena itu terkait dengan intervensi terhadap tubuh mereka, merupakan bahan obat dan ada biayanya. Itu tidak nyaman dan tidak tepat bagi mereka. Makin menjamurlah paham anti Covid-19 dan anti-vaksin.

Ketiga, repeated false information. Jangan kira penganut pikiran keliru akan berhenti menyebarkan pikirannya. Mereka terus merilis dan merelay pikirannya berulang dan terus menerus. Disini terjalin kolaborasi propaganda, kampanye, media dan teknologi yang secara serempak mengumbar paham tidak benar agar tampak menjadi benar. Di media sosial, berbagai info yang sudah usang dan terbukti hoax terus bermunculan. Diulang-ulang. Pikiran masyarakat terus diobok-obok dan didera oleh informasi palsu yang berulang. Konten berulang ini terus menari dipikiran orang dan dapat merubah mindset. Leon Festinger bilang, pengulangan konten menyebabkan orang bertanya dalam lubuk hati. Lama kelamanaan timbullah persetujuan dan komitmen. Selanjutnya mereka ambyar dalam konten.

Empat, high level language. Para profesional cenderung berbahasa tinggi dan melangit saat menjelaskan berbagai fenomena ke masyarakat. Menggunakan teori ini dan itu; menggunakan jurnal ini dan itu. Padahal masyarakat tidak pandai dan tidak nyaman bermain pada struktur level demikian. Masyarakat belum paham dan tidak familiar dengan struktur berpikir jelimet. Mereka butuh penjelasan dan bukti simpel, dengan bahasa sederhana yang bisa dipahami mereka. Memang antara masyarakat dan profesional terdapat disparitas konsep berpikir yang derajatnya bervariasi; ada yang jomplangnya sedikit dan ada yang banyak. Makin spesifik suatu bidang, jomplangnya makin besar. Misalnya, kalau bicara tentang sepeda, motor atau mobil, pengetahuan masyarakat dengan montir mungkin tidak jauh beda. Tapi bicara tentang jantung atau paru, tingkat pemahanam masyarakat dan profesional sangat jomplang. Kejomplangan ini harusnya bisa dijembatani dengan bahasa simpel dan sederhana. Yang mudah dipahami dan diangguki masyarakat.

Lima, conflict of interest. Ada memang sekelompok orang yang senang dan menghendaki information chaos. Karena mereka memiliki interest dan kepentingan; politik, bisnis, atau memiliki anomali psikologis seperti post-power syndrome. Ada yang ingin terkenal, ingin memperoleh jabatan, ingin barangnya laku. Mulai dari perorangan hingga organisasi. Media pun punya interest; mereka senang hal kontroversi karena itu menyangkut rating tayangan. Maka jangan heran, orang-orang atau pikiran kontroversial justru diberi panggung. Dengan alasan kebebasan berpikir. Padahal intinya adalah peningkatan rating dengan mengangkat sisi kontroversial sebuah issu.

Memang berat hidup di era post-truth. Karena kita mengalami fenomena paradoksal. Kalau anda ingin mengajak orang untuk mempercayai anda, jangan berikan mereka bukti dan fakta. Tapi berikan mereka diskursus atau konsep yang mudah diterima oleh mereka, yang mengenakkan perasaan dan kepercayaan mereka, yang tidak mengganggu comfort zone mereka, walaupun hal itu tanpa bukti dan bukan fakta. Ujung-ujungnya, kita masuk kedalam ranah bulshit everywehere (kebohongan dimana-mana). Bukankah ini mengerikan?

Minggu, 25 Juli 2021

Jusuf Mahdi: Nasionalisme Dalam Implementasi Manajemen Pengelolaan Tata Pemerintahan

[4:12 AM, 7/25/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️ BIOLOGYCAL WARFARE DARI TINJAUAN AGHT ❤️🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Perang menggunakan media biologip berkembang marak usai Perang Dunia II dimana dengan digunakannya bom atom yang dijatuhkan oleh AS di Hiroshima dan Nagasaki meniadi pemicu adanya perang NUBIKA atau ABC Wafare.

Saat perang Vietnam, pasukan  Amerika menggunakan bom napalm, yellow rain, Vietnam rose, dll yang merupakan senjata Kimia, kuman dll.

Setelah perang Vietnam berakhir  pengembangan riset terus dilakukan dimana dilakukan oleh berbagai lembaga dan  laboratorium, baik oleh pemerintah ataupun swasta terkait  adanya bermacam jenis flue yaitu flue  Hongkong, flue burung, flue babi, SARS, dsb.
 AGHT yang berujung ke nuansa perang tidak harus berupa perang fisik tetapi dapat menggunakan sarana dan media non fisik yang dikenal sebagai perang asimetris.

Riset secara terbuka ataupun rahasia juga melibatkan Indonesia yaitu lembaga Farmasi Angkatan Laut dengan lembaga farmasi USA, dimana kemudian disorot oleh Menkes Siti Fadillah karena tidak transparan tujuannya,  mengakibatkan dia dicopot dari jabatannya.

Di saat era pandemi ini kasus serupa terjadi dimana dokter Lois yang diwawancarai tentang obat yang digunakan untuk pasien Covid, akhirnya jadi berita  kontroversial

Kasus serupa juga menimpa Susi Pudjiastuti, karena mengungkap masalah penyelundupan benih lobster ke luar negeri.

Perang memakai biologi sebenarnya dilarang oleh PBB, namun negara dan manusia yang tertutup kepentingan duniawi, kekuasaan dll, mengabaikan nilai ketuhanan, peri kemanusiaan dan  keberadaban, sehingga menggunakan senjata biologi untuk mencapai keinginannya.

Nilai dan esensi Pembukaan UUD 1945 yang bersifat universal yang telah luas tersebar ke seluruh penjuru dunia,  disebabkan ego dan kepentingan telah diabaikan  oleh petinggi Indonesia penentu kebijakan dan juga oleh negara lain yang sarat kepentingan.

Disinilah kita harus cermat dan bijak menentukan pemberdayaan lembaga riset dan pengembangan  untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.

Tentunya harus berorientasi kepada kemaslahatan bagi manusia, sebagai dharma bhakti dan sumbangsih yang mengharapkan ridho Allah semata.

Dunia ilmu, pengetahuan, teknologi, pendidikan harus menjadi salah satu tiang utama dalam mengisi kemerdekaan, mencapai cita-cita dan tujuan kemerdekaan demi masa depan generasi penerus bangsa.

Semoga dengan semua itu akan ada karya besar anak bangsa yang mampu mengatasi pandemi dan berbagai wabah penyakit, serta berbagai hal lainnya

Semoga sedikit tulisan ini dapat memberikan informasi tentang senjata biologi, perang biologi sebagai bagian ABC Warfare / Perang NUBIKA, yang dapat menjadi AGHT bagi eksistensi bangsa dan negara.

🇮🇩❤️🌹💐🌸🌻🌷🇮🇩

vssmatc,SBY,21072021



[4:12 AM, 7/25/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️   NASIONALISME DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENGELOLAAN TATA PEMERINTAHAN ❤️🇮🇩.

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Manusia yang bebas, merdeka dan berdaulat yang berhimpun membentuk bangsa dan negara sebagai pelaksanaan kegiatan berkehidupan pasti memiliki rasa persatuan, kesatuan, cita-cita dan tujuan serta wujud nyata ke masa depannya terutama untuk generasi penerus bangsa. Hal tersebut dikenal sebagai rasa kebangsaan dan nasionalisme, rasa kebanggaan sebagai manusia yang dikaruniai amanah oleh Allah, penciptanya sebagai makhluk mulia pemimpin di muka bumi.

Bangsa Indonesia menyatakan hal tersebut dalam bentuk tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD 1945 yang bersifat lokal, regional, nasional, global dan universal dan merupakan wujud pengisian kemerdekaan untuk meraih cita-cita dan tujuan kemerdekaan bagi anak bangsa

Rasa nasionalisme dalam implementasi manajemen pengelolaan tata pemerintahan harus dilakukan oleh SDM yang bersih, jujur dan amanah, berkualitas lahir batin, guna mewujudkan tatanan clean government and good governance sehingga tercapai kondisi aman, makmur, tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, baldatun toyyibatun war robbun ghafur

Peran pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat, berpihak kepada rakyat dan memegang teguh amanah rakyat akan menjadikannya sebagai panutan dan suri tauladan yang dicintai rakyat.

Kita bisa menimba pelajaran dari presiden Turki Erdogan, sultan Brunei Darussalam, pemerintah Jepang, New Zealand, dll yang bisa membawa. bangsa dan negaranya menjadi berkemampuan dan mandiri dalam berkehidupan

Rasa  nasionalisme yang memperkuat pemberdayaan potensi sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat, menjadi Ketahanan Nasional dan Kekuatan Nasional dalam bentuk kedaulatan ekonomi, pangan, industri, dsb yang akan memperkokoh eksistensi bangsa dan negara

Watak dan karaktet SDM adalah keutamaan dari rasa kebangsaan dan nasionalisme bangsa dalam sistem berkehidupan

Hayati dan pahami kembali nilai-nilai luhur Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila agar kita tidak salah langkah dan arah, sebab darma bakti  yang bersumber dari iman dan takwa akan mendapat ridho dan barokah Allah SWT, dan hidup kita memberikan manfaat bagi sesama dan alam semesta

🇮🇩🌸🌷🌹💐🌻❤️
vssmatc,SBY,24072021



[11:29 PM, 7/25/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️ PERLUKAH PERINGATAN KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA KE 76 DILAKUKAN DI SAAT  PANDEMI MELANDA NEGERI?? ❤️🇮🇩

Ir. Jusuf Mahdi, MM.

Sesaat lagi pada bulan Agustus kita akan memasuki 76 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia dan 76 tahun berdirinya negara NKRI  

Pada tahun-tahun lalu peringatan puncaknya dilakukan  pada 16 Agustus dengan Sidang paripurna MPR mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden, dan pada tanggal 17 upacara kenegaraan di istana negara.

Dalam upacara tersebut dipersiapkan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang terdiri dari siswa-siswa berprestasi yang terpilih dari seluruh Indonesia, pasukan TNI-POLRI, pembawa lagu Aubade dan musik, dsb yang dibiayai dengan dana cukup besar untuk pakaian seragam baru, akomodasi, transportasi, latihan dlsb

Persiapan upacara yang tidak sehari-dua hari, tapi beberapa waktu yang cukup lama dan tentunya butuh biaya. Demikian juga dengan aksesoris, undangan, cinderamata,  dekorasi istana tempat digelar upacara.
Dan hal tersebut juga dilakukan di lembaga pemerintah di seluruh Indonesia, sampai di tingkat II KABUPATEN - KOTA

Dalam situasi pandemi saat ini dimana rakyat kecil dalam kesulitan mencari nafkah apakah bijak dan perlu menggelar acara yang berbiaya sangat besar, padahal seremoni tersebut tidak membawa hasil signifikan kemaslahatan bagi rakyat kecil.

Rakyat tetap melakukan kegiatan kerja, tidak terpengaruh adanya peringatan sebab mereka mencari nafkah yang dibutuhkan setiap hari. Petani sayur, nelayan, peternak, pegiat perkebunan, pedagang kecil dsb tetap berkegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasar dll
Ada pandemi atau tidak, ada hari besar atau tidak, mereka tetap bekerja. Cobalah lihat ke pasar apakah ada waktu jedahnya??

Adalah arif dan bijak bila beaya besar untuk acara seremonial tersebut digunakan untuk kepentingan rakyat kecil, menanggulangi kesulitan mereka disaat pandemi.

Para pemimpin negeri harus  memiliki kepedulian besar terhadap rakyat yang sedang berjuang dalam menghadapi kesulitan hidup.

Adanya PSPB, PPKM, dll  sangat berat dirasakan oleh masyarakat kecil di perkotaan dan di daerah penyangga karena tidak bisa leluasa berkegiatan. Hal tersebut dirasakan di dunia pendidikan, seni, budaya, entertainment, pekerja layanan umum, buruh, dsb

Mudah-mudahan kita bisa segera keluar dari masalah dengan kearifan dan kebijakan para pemimpin yang benar-benar bersih, jujur dan amanah, yang didukung oleh sistem pemerintahan yang clean government and good governance yang dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan kemerdekaan menuju tahun emas kemerdekaan bangsa Indonesia

🇮🇩❤️💐🌹🌻🌷🌸❤️🇮🇩

vssmatc,sby,26072021

 

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...