Ir. Jusuf Mahdi, MM.
Perang menggunakan media biologip berkembang marak usai Perang Dunia II dimana dengan digunakannya bom atom yang dijatuhkan oleh AS di Hiroshima dan Nagasaki meniadi pemicu adanya perang NUBIKA atau ABC Wafare.
Saat perang Vietnam, pasukan Amerika menggunakan bom napalm, yellow rain, Vietnam rose, dll yang merupakan senjata Kimia, kuman dll.
Setelah perang Vietnam berakhir pengembangan riset terus dilakukan dimana dilakukan oleh berbagai lembaga dan laboratorium, baik oleh pemerintah ataupun swasta terkait adanya bermacam jenis flue yaitu flue Hongkong, flue burung, flue babi, SARS, dsb.
AGHT yang berujung ke nuansa perang tidak harus berupa perang fisik tetapi dapat menggunakan sarana dan media non fisik yang dikenal sebagai perang asimetris.
Riset secara terbuka ataupun rahasia juga melibatkan Indonesia yaitu lembaga Farmasi Angkatan Laut dengan lembaga farmasi USA, dimana kemudian disorot oleh Menkes Siti Fadillah karena tidak transparan tujuannya, mengakibatkan dia dicopot dari jabatannya.
Di saat era pandemi ini kasus serupa terjadi dimana dokter Lois yang diwawancarai tentang obat yang digunakan untuk pasien Covid, akhirnya jadi berita kontroversial
Kasus serupa juga menimpa Susi Pudjiastuti, karena mengungkap masalah penyelundupan benih lobster ke luar negeri.
Perang memakai biologi sebenarnya dilarang oleh PBB, namun negara dan manusia yang tertutup kepentingan duniawi, kekuasaan dll, mengabaikan nilai ketuhanan, peri kemanusiaan dan keberadaban, sehingga menggunakan senjata biologi untuk mencapai keinginannya.
Nilai dan esensi Pembukaan UUD 1945 yang bersifat universal yang telah luas tersebar ke seluruh penjuru dunia, disebabkan ego dan kepentingan telah diabaikan oleh petinggi Indonesia penentu kebijakan dan juga oleh negara lain yang sarat kepentingan.
Disinilah kita harus cermat dan bijak menentukan pemberdayaan lembaga riset dan pengembangan untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi bangsa dan umat manusia secara keseluruhan.
Tentunya harus berorientasi kepada kemaslahatan bagi manusia, sebagai dharma bhakti dan sumbangsih yang mengharapkan ridho Allah semata.
Dunia ilmu, pengetahuan, teknologi, pendidikan harus menjadi salah satu tiang utama dalam mengisi kemerdekaan, mencapai cita-cita dan tujuan kemerdekaan demi masa depan generasi penerus bangsa.
Semoga dengan semua itu akan ada karya besar anak bangsa yang mampu mengatasi pandemi dan berbagai wabah penyakit, serta berbagai hal lainnya
Semoga sedikit tulisan ini dapat memberikan informasi tentang senjata biologi, perang biologi sebagai bagian ABC Warfare / Perang NUBIKA, yang dapat menjadi AGHT bagi eksistensi bangsa dan negara.
🇮🇩❤️🌹💐🌸🌻🌷🇮🇩
vssmatc,SBY,21072021
[4:12 AM, 7/25/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️ NASIONALISME DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENGELOLAAN TATA PEMERINTAHAN ❤️🇮🇩.
Ir. Jusuf Mahdi, MM.
Manusia yang bebas, merdeka dan berdaulat yang berhimpun membentuk bangsa dan negara sebagai pelaksanaan kegiatan berkehidupan pasti memiliki rasa persatuan, kesatuan, cita-cita dan tujuan serta wujud nyata ke masa depannya terutama untuk generasi penerus bangsa. Hal tersebut dikenal sebagai rasa kebangsaan dan nasionalisme, rasa kebanggaan sebagai manusia yang dikaruniai amanah oleh Allah, penciptanya sebagai makhluk mulia pemimpin di muka bumi.
Bangsa Indonesia menyatakan hal tersebut dalam bentuk tersurat dan tersirat dalam Pembukaan UUD 1945 yang bersifat lokal, regional, nasional, global dan universal dan merupakan wujud pengisian kemerdekaan untuk meraih cita-cita dan tujuan kemerdekaan bagi anak bangsa
Rasa nasionalisme dalam implementasi manajemen pengelolaan tata pemerintahan harus dilakukan oleh SDM yang bersih, jujur dan amanah, berkualitas lahir batin, guna mewujudkan tatanan clean government and good governance sehingga tercapai kondisi aman, makmur, tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi, baldatun toyyibatun war robbun ghafur
Peran pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat, berpihak kepada rakyat dan memegang teguh amanah rakyat akan menjadikannya sebagai panutan dan suri tauladan yang dicintai rakyat.
Kita bisa menimba pelajaran dari presiden Turki Erdogan, sultan Brunei Darussalam, pemerintah Jepang, New Zealand, dll yang bisa membawa. bangsa dan negaranya menjadi berkemampuan dan mandiri dalam berkehidupan
Rasa nasionalisme yang memperkuat pemberdayaan potensi sumber daya alam untuk kemakmuran rakyat, menjadi Ketahanan Nasional dan Kekuatan Nasional dalam bentuk kedaulatan ekonomi, pangan, industri, dsb yang akan memperkokoh eksistensi bangsa dan negara
Watak dan karaktet SDM adalah keutamaan dari rasa kebangsaan dan nasionalisme bangsa dalam sistem berkehidupan
Hayati dan pahami kembali nilai-nilai luhur Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila agar kita tidak salah langkah dan arah, sebab darma bakti yang bersumber dari iman dan takwa akan mendapat ridho dan barokah Allah SWT, dan hidup kita memberikan manfaat bagi sesama dan alam semesta
🇮🇩🌸🌷🌹💐🌻❤️
vssmatc,SBY,24072021
[11:29 PM, 7/25/2021] Ir Jusuf Mahdi, MM: 🇮🇩❤️ PERLUKAH PERINGATAN KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA KE 76 DILAKUKAN DI SAAT PANDEMI MELANDA NEGERI?? ❤️🇮🇩
Ir. Jusuf Mahdi, MM.
Sesaat lagi pada bulan Agustus kita akan memasuki 76 tahun kemerdekaan bangsa Indonesia dan 76 tahun berdirinya negara NKRI
Pada tahun-tahun lalu peringatan puncaknya dilakukan pada 16 Agustus dengan Sidang paripurna MPR mendengarkan pidato pertanggungjawaban Presiden, dan pada tanggal 17 upacara kenegaraan di istana negara.
Dalam upacara tersebut dipersiapkan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang terdiri dari siswa-siswa berprestasi yang terpilih dari seluruh Indonesia, pasukan TNI-POLRI, pembawa lagu Aubade dan musik, dsb yang dibiayai dengan dana cukup besar untuk pakaian seragam baru, akomodasi, transportasi, latihan dlsb
Persiapan upacara yang tidak sehari-dua hari, tapi beberapa waktu yang cukup lama dan tentunya butuh biaya. Demikian juga dengan aksesoris, undangan, cinderamata, dekorasi istana tempat digelar upacara.
Dan hal tersebut juga dilakukan di lembaga pemerintah di seluruh Indonesia, sampai di tingkat II KABUPATEN - KOTA
Dalam situasi pandemi saat ini dimana rakyat kecil dalam kesulitan mencari nafkah apakah bijak dan perlu menggelar acara yang berbiaya sangat besar, padahal seremoni tersebut tidak membawa hasil signifikan kemaslahatan bagi rakyat kecil.
Rakyat tetap melakukan kegiatan kerja, tidak terpengaruh adanya peringatan sebab mereka mencari nafkah yang dibutuhkan setiap hari. Petani sayur, nelayan, peternak, pegiat perkebunan, pedagang kecil dsb tetap berkegiatan untuk memenuhi kebutuhan pasar dll
Ada pandemi atau tidak, ada hari besar atau tidak, mereka tetap bekerja. Cobalah lihat ke pasar apakah ada waktu jedahnya??
Adalah arif dan bijak bila beaya besar untuk acara seremonial tersebut digunakan untuk kepentingan rakyat kecil, menanggulangi kesulitan mereka disaat pandemi.
Para pemimpin negeri harus memiliki kepedulian besar terhadap rakyat yang sedang berjuang dalam menghadapi kesulitan hidup.
Adanya PSPB, PPKM, dll sangat berat dirasakan oleh masyarakat kecil di perkotaan dan di daerah penyangga karena tidak bisa leluasa berkegiatan. Hal tersebut dirasakan di dunia pendidikan, seni, budaya, entertainment, pekerja layanan umum, buruh, dsb
Mudah-mudahan kita bisa segera keluar dari masalah dengan kearifan dan kebijakan para pemimpin yang benar-benar bersih, jujur dan amanah, yang didukung oleh sistem pemerintahan yang clean government and good governance yang dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan kemerdekaan menuju tahun emas kemerdekaan bangsa Indonesia
🇮🇩❤️💐🌹🌻🌷🌸❤️🇮🇩
vssmatc,sby,26072021
Jusuf Mahdi: Sebuah Kajian Kebijakan Politik Indonesia https://t.co/aaujlkrn98 pic.twitter.com/13W4BJOMmK
— Alvin Yudistira (@alvinyudistira) June 19, 2021
Tung Desem Waringin @TungDW: Antara Kesehatan dan Kondisi Ekonomi Rakyat https://t.co/8pksRPSobS@AgusKodri2 @RamliRizal @DPDRI @fahiraidris @Dahnilanzar @fadlizon @prabowo @jokowi pic.twitter.com/6dNyMhNBBK
— Alvin Yudistira (@alvinyudistira) July 25, 2021