Senin, 08 Maret 2021

Jansen Boediantono: Pancasila Sudah Mati Dibunuh Demokrasi

[2:28 AM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: PANCASILA  SUDAH MATI DIBUNUH DEMOKRASI

Statement Anhar Gonggong beberapa waktu lalu di ilc itu benar : sampai hari ini tak ada satu pun pemerintahan yang menjalankan pancasila.  Mengapa bisa demikian?  Inilah alur ceritanya

Kurang lebih 3 bulan pasca merdeka lahirlah maklumat X dibulan november 1945 yang memunculkan berbagai macam partai politik. Bung Karno tak sepakat karena itu ia menolak menandatangani. Demikian pula Bung Hatta, namun sekalipun menolak demi menghindari konflik akhirnya maklumat X ia tanda tangani.  

Mengapa kedua proklamator tersebut menolak maklumat  X ? Kedua bapak bangsa ini tau betul maklumat tersebut akan mengubah landasan konstitusi negara dari pancasila menjadi demokrasi. Semenjak itu sampai hari ini terbukti bangsa ini tak pernah menjalankan pancasila dalam bernegara

Bangsa ini memang tak pernah berhasil membangun sistem bernegara sendiri yang khas pancasila . Hanya sanggup mengotak atik  pancasila untuk dijadikan  justifikasi  sebuah sistem yang bernama demokrasi

Maklumat X telah mengubah sebuah bangsa yang berpikir merdeka menjadi bangsa plagiator.  Pancasila sudah lama mati dibunuh demokrasi jadi nggak usah  diributkan lagi,  kecuali kita semua berani  melakukan revolusi besar  kebangsaan untuk melahirkan sistem bernegara yang benar -  benar berbasis pancasila....  Barulah Pancasila kita bicarakan lagi

Habib Jansen Boediantono





[9:06 AM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: APAKAH UUD45 BISA DIAMANDEMEN ?

Dalam pidato 1 juni 1945 bung karno menyatakan pancasila dasar indonesia merdeka. Gagasan BK tersebut adalah upaya menginternalisasikan pancasila sebagai dimensi,  ukuran dalam kehidupan bernegara.

Agar ukuran tersebut memiliki presisi yang tepat ide bung karno tentang pancasila pun disempurnakan tanggal 18 agustus 1945, lalu dibuatlah UUD45 . Maknanya, UUD45 adalah sistem yang mengarahkan kehidupan bernegara sesuai nilai - nilai pancasila.  Atau dengan kata lain,  apabila pancasila disepakati sebagai philosofische grondslag bangsa,  maka UUD45  adalah perekat wilayah bangsa dengan wilayah negara. Pertanyaannya adalah,   UUD45 sebagai suatu sistem dapat diamandemen atau tidak ?

Sebagai suatu sistem tentu saja UUD45 bisa diamandemen apabila dinilai ada pasal -  pasal yang menghambat sistem tersebut berjalan dengan baik,  disamping tentu saja  mempertimbangan hal -  hal yang bersifat ideologis  seperti berikut ini :

1. Amandemen tak boleh mengubah pembukaan UUD45 karena dalam pembukaan tersebut  terdapat visi dan misi bangsa indonesia serta dasar negara pancasila

2. Amandemen UUD45  dilakukan agar nilai -  nilai pancasila membuat kehidupan bernegara lebih efektif dan tepat sasaran

3. Amandemen UUD45 harus mengembalikan NKRI pada orbit, yaitu sebagai alat perjuangan bangsa indonesia untuk mengangkat harkat dan martabat hidupnya

4. Pelaksana  amandemen adalah MPR yang benar-benar bentuk kedaulatan rakyat ( bagaimana mpr yang benar-benar bentuk kedaulatan rakyat kelak akan dijelaskan)

5. Anggota MPR tersebut harus faham sejarah bangsa indonesia terlahir lebih dulu baru kemudian membentuk NKRI,  grand design NKRI, serta pancasila sebagai philosofische groondslag, sehingga amandemen tidak membuat antara negara dengan bangsa  berdiri berhadapan  sambil masing-masing pihak memalingkan muka

TAPI KALAU MPR TAK TAU APA -  APA BATALKAN SAJA AMANDEMEN UUD45 SEBAB MEMBAHAYAKAN KEHIDUPAN BERNEGARA

Itu saja ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ

Habib Jansen Boediantono





[3:27 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: REVOLUSI KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA :  Sebuah Catatan Metafisika  ( Bagian pertama dari 3 tulisan )
Habib Jansen Boediantono *

Apabila  sekonyong - konyong ada yang bertanya tentang bangsa, apakah yang berkelebat dibenak kita ?? Dua tanda tanya tersebut memberikan peluang pada dua jawaban yang terlintas dipikiran. Pertama, menunjuk pada kelompok manusia yang mendiami sebuah tempat tertentu dengan ciri - ciri khas tersendiri, sedangkan kedua melukiskan adanya tujuan yang terdapat pada kelompok tersebut. Maka ditengah hiruk pikuk persoalan – persoalan yang menyerang dari segala arah, skala dan kompleksitas kerumitan pemecahan jangka panjang untuk menjaga kelangsungan hidup  bangsa Indonesia ditanah kelahirannya semakin sulit diabaikan. Bisa dikatakan sebuah kemustahilan bila kita ingin membuat jalan setapak  menembus bayang – bayang suram masa depan bangsa tanpa memperhitungkan keragaman budaya, prespektif teologi, filsafat sampai pada unsur mesianis untuk kemudian menata kembali hubungan bangsa dan negara dalam kaitannya dengan Tuhan, alam maupun manusia itu sendiri.

Catatan  ini merupakan upaya penyelamatan bangsa Indonesia ditanah kelahirannya  dengan membuka tabir ‘ kasyf al-mahjub ’, melihat hal – hal yang luput dari perhatian banyak orang, yang terdapat dibalik sesuatu yang tampak, keluar dari dunia empiris dan bergerak terus mencari kebijaksanaan dengan cara inovatif, reflektif dan revolusioner. Dengan demikian yang  ditawarkan sebuah ‘ada dalam kemungkinan’, yaitu sesuatu yang dalam realitas belum ada tapi secara potensial dapat diwujudkan. Agar ada dalam kemungkinan  benar – benar bisa terwujud, metafisika kebangsaan akan  mengikuti prinsip – prinsip keteraturan semesta  untuk mengantarkan perjalanan bangsa indonesia selamat sampai tujuan. Pola berpikir deduktif ini memberi isyarat  adanya Kebenaran relatif  yang didekatkan pada kebenaran absolut sehingga diharapkan menghasilkan pemikiran kebangsaan yang pasti, tetap dan dapat diterima semua pihak

Bangsa sebagai kumpulan manusia - demikian Suhrawardi al-Maqtul menyimpulkan – baik jasad maupun ruhnya merupakan produk dari proses illuminasi Tuhan yang disebut sebagai isyraq. Paham isyraq ini menyatakan bahwa alam berwujud melalui penyinaran illuminasi. Kemudian menurutnya kosmos terdiri dari susunan bertingkat – tingkat berupa pancaran cahaya. Cahaya tertinggi sebagai sumber segala cahaya atau Nur al-Anwar. Dia adalah Tuhan yang azali. Manusia berasal dari nur al-anwar yang mewujud melalui pancaran cahaya dengan proses yang relatif sama dengan pelimpahan ( emanasi ). Oleh karena itu antara Tuhan dengan Manusia memiliki relasi ontologis substanstif yang bersifat dialektik. Ada hubungan dari atas kebawah ( proses tanazzul ) dan dari bawah keatas ( proses taraqi ) untuk kembali  pada ‘sangkan paraning dhumadi’. Implikasi teologis dari paham ini adalah, perjalanan  bangsa sesungguhnya adalah pergerakan dari nol kembali kepada nol sebagai bentuk keseimbangan dan pemaknaan hidup sebuah bangsa adalah nilai yang yang lahir dari pergerakan angka satu sampai sembilan sebagai bentuk kesempurnaan. Keseimbangan dan kesempurnaan merupakan kesadaran  mengikuti hukum – hukum kesemestaan seperti yang ditetapkan allah sebagai sunatullah,  agar mengenal diri sendiri. Dan dengan mengenal diri sendiri, sebuah bangsa akan mengenal penciptanya sebagai sumber dari segala macam sumber cahaya    

Keseimbangan dan kesempurnaan ini akan saya bagi dalam empat ruang yang berjalan mengikuti  hukum – hukum kesemestaan dengan berputar melawan arah jarum jam ( gerakkan thawaf ). Ruang I  proses kelahiran bangsa, Ruang II Lumbung / sehat jasmani dan rohani,  Ruang III negara, Ruang IV kapital / masyarakat adil  dan sejahtera

REVOLUSI KEMBALI MENJADI BANGSA INDONESIA AGAR TAK TERPERANGKAP DALAM KEADAAN 'MERUGI'

Perasaan senasib akibat penindasan yang dialami dan keinginan untuk hidup lebih baik dimasa depan inilah yang mendorong  kaum terjajah, pada tanggal 28 oktober 1928 menyatakan dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia pun lahir setelah sebelumnya dihinakan dan dibuat frustasi oleh dominasi kolonial dengan satu tujuan “ mengangkat harkat dan martabat KAUM PRIBUMI “.  Inilah Ruang I proses kelahiran bangsa indonesia.

Persoalan pun muncul, setelah bangsa ini lahir ternyata tak pernah membangun lumbung yang merupakan kearifan budaya dan koherensi manusia dengan alam, sekaligus merefleksikan kedaulatan rakyat dalam membangun diri dan lingkungan, tetapi langsung mendirikan negara. Terjadi loncatan yang menyimpang dimana ruang I langsung menuju Ruang III. Akibatnya, negara  tidak tegak berdiri diatas kedaulatan rakyat dan dibangun berdasarkan nafsu kekuasaan belaka.  Inilah awal penyimpangan bangsa indonesia untuk pertama kali dalam perjalanan sejarah : negara yang dibentuk tidak dapat menjadi organisasi yang mengimplementasikan nilai – nilai kebijaksanaan sebuah bangsa sebagai suatu sistem nilai tetap dan terintegrasi, yang mampu mendorong adanya etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara   

KAUM PRIBUMI sengaja ditulis dengan huruf besar karena istilah tersebut menunjukan sarkasme sebuah bangsa akibat penyimpangan loncatan diatas, yang kemudian secara psikologis melahirkan keinginan penguasaan atas tanah tempat manusia hidup serta menciptakan sifat eksploitatif pada sumber – sumber kekayaan alam yang terkandung didalamnya. Akibatnya, istilah kaum pribumi ini membuat diskrepansi antara keinginan mengangkat harkat  martabat hidup dengan ketidak adilan dan ketidak sejahteraan dari adanya sifat eksploitatif dan manipulatif  dalam ‘penguasaan hak atas tanah’.    

Kondisi ini bertambah parah dengan adanya pergantian dari UUD’45 menjadi konstitusi RIS, kemudian berlanjut menjadi UUDS 50 yang akhirnya berganti nama menjadi  ‘  Amandemen UUD’45 ‘. UUD’45 yang dibangun dari filsafat, budaya dan spritualitas bangsa digantikan oleh konstitusi yang berisi semangat kapitalisme. Bangsa indonesia pun masuk dalam jaring - jaring kapitalisme yang serba materi dengan lingkaran setan kebutuhan untuk membutuhkan. Negara direduksi sedemikian rupa sehingga terjebak dalam drainase  kapitalisme untuk menguasai sumber daya alam yang ada. Dan elit politik  berubah menjadi ' leviathan ' dengan kekuasaan begitu besar sehingga memiliki wewenang menentukan hukum – hukumnya sendiri. Kapitalisme yang melahirkan sikap hidup serba materialistis, kompetitif , pragmatis yang dilengkapi dengan kerakusan, tentu saja berseberangan jalan dengan sifat asli bangsa indonesia yang welas asih, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih meski rame ing gawe juga. Jadilah Indonesia sebuah bangsa yang asing dengan dirinya sendiri. Kelihatannya aneh dan lucu, di ruang III antara bangsa indonesia dengan negara berdiri berhadapan sambil masing – masing pihak memalingkan muka. Perjalanan bangsa pun  stagnan karena negara tak mampu menjadi jembatan yang mampu mengantarkan bangsa indonesia pada masyarakat adil dan sejahtera.     

Suatu penilaian lain yang dramatis dalam ruang III  mengenai negara indonesia dengan kapitalisme sebagai kiblatnya, menampilkan banyak wajah yang tidak sesuai dengan gambaran  budaya bangsa indonesia itu sendiri. Dalam konteks uraian hegemoni kapitalis terjadilah situasi yang manipulatif, keadilan berarti ketidaksamaan, akal berarti pemenuhan kepentingan pribadi, kemerdekaan berati keserakahan. Impian tentang masyarakat yang ‘ gemah ripah loh jinawi ‘ meskipun masuk akal untuk diwujudkan, sayangnya tidak dapat menjadi tujuan ideologis negara dan hanya menjadi sekedar retorika belaka. Kondisi ini menjadi semakin parah dengan adanya praktek – praktek kapitalisme yang direstui negara untuk menerapkan ukuran – ukuran ‘ demi kemanusiaan ‘,  bersandiwara seolah – olah mematahkan ujung pisau tajam persaingan bebas agar bisa menjadi topeng yang menyembunyikan wajah buruk  mereka dari bangsa indonesia.     

Dari perjalanan bangsa yang terjadi dari mulai lahir sampai  saat ini, dari ruang I sampai  ruang lainnya, kita melihat bangsa indonesia  mengalami ketidak keseimbangan karena tidak ada ekuivalensi antara keinginan untuk mengangkat harkat dan martabat dengan keadilan dan kesejahteraan dalam realitasnya. Disamping itu, bangsa ini pun mengalami ketidak sempurnaan karena bergerak hanya diwilayah materi,  mengabaikan sumber – sumber rohani dalam memberikan makna hidupnya. Bangsa ini telah mengalami ketidak seimbangan dan ketidak sempurnaan, maka “ demi waktu ", sesungguhnya bangsa indonesia dalam keadaan merugi bila situasi dan kondisi ini diteruskan “     

Situasi dan kondisi inilah yang melahirkan sebuah gerakan  baru pada segelintir anak – anak bangsa untuk menggali sumber – sumber pemikiran yang ada pada tradisi, filsafat dan religiuisitas bangsa indonesia sebagai upaya menjaga keberlangsungan hidup bangsa indonesia dalam sebuah tema “ Revolusi Kembali Menjadi Bangsa Indonesia “.  

Bentuk khas gerakan ini adalah kesadaran untuk menggali secara mendalam  akar budaya pada ruang konkret yang menjadi simbol suatu cara pemahaman,  pola berpikir yang bergerak mengikuti hukum – hukum kesemestaan, cara hidup serta pandangan dunia yang filantrofis. Gerakan ini merujuk pada akar budaya untuk mendapat pengetahuan tentang potensi manusia dan kekuatan alam dimana manusia hidup, bahkan batas antara manusia dengan alam seringkali menjadi samar karena adanya timbal balik dan saling menerima budaya dan alam yang merangsang keinginan untuk menata kembali cara berpikir, bertindak , termasuk pola – pola hidup yang biasa dilakukan    

Aspek lain tak kalah penting  pada gerakan ini adalah kesadaran pada  keharmonisan didalam interaksi sosial, keselarasan dalam keragaman tradisi, persaudaraan ditengah  begitu banyak perbedaan, sehingga ikatan – ikatan primodial terjalin sebagai konstiitutif dari keberadaan sebuah bangsa Ini merupakan upaya menunjukan karakteristik asli bangsa Indonesia : sikap hormat pada yang transenden, bukan kepemilikan atas alam dalam pandangan dunia. Kesetiakawanan sosial  dalam jalinan komunikasi dialogis,  bukan persaingan dalam hubungan antar manusia. Pengenalan jatidiri,  bukan keterasingan dalam pengalaman hidupnya. Bila kemajuan material yang menjadi tujuan negara telah merusak karakteristik bangsa Indonesia mulai dipertanyakan, kesadaran untuk kembali menjadi bangsa indonesia dapat menjadi angin segar yang membawa harapan baru bagi bangsa Indonesia menyelamatkan diri dari keadaannya yang merugi

Bersambung




[6:28 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: Atas permintaan santri - santri di padepokan wong selon Ngayogyakarta, saya akan memberikan tausyiah pada gerombolan serbet warteg,  djuriyah abu lahab dan para penyembah patung pancoran :

1. Wilayah agama yang bersifat unspeakable jangan dicangkuli agar religiusitas manusia tak terjatuh dalam suasana ziarah dan penyaliban
2. Kitab suci agama apapun mengandung ajaran kebijaksanaan mendalam yang tak mungkin ditafsirkan dengan pengetahuan cekak
3. Demontrasi logika dalam mengurai kitab suci tanpa wawasan teologis memadai hanya melahirkan manusia yang merasa paling tau jalan pikiran Tuhan.

Habib Jansen Boediantono




[7:08 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: ORANG INDONESIA ASLI DAN KAUM PRIBUMI

Berbicara tentang orang indonesia asli dan kaum pribumi  bukanlah suatu sikap rasialis tapi fakta historis - kultural, sebagai upaya sebuah bangsa menjaga keberlangsungan hidup ditanah kelahirannya sendiri

Orang indonesia asli adalah orang -  orang yang terikat pada budaya setempat di 19 regional sistem tanah adat yang merentang mulai dari Jong Sumatera sampai Jong Ambon,  sedang kaum pribumi itu orang -  orang yang tertindas oleh sistem kolonial hindia Belanda dinusantara ( inlander )

Orang -  orang di 19 regional sistem tanah adat kemudian bertemu dengan keturunan bangsa lain yang telah beranak pinak dinusantara sebelum Indonesia merdeka dan sebagian besar tergabung dalam Jong Islamieten Bond pada tanggal 28 oktober 1928 melahirkan Bangsa Indonesia, dengan satu tujuan : mengangkat harkat martabat kaum pribumi

Agar budaya dan adat istiadat tidak musnah, serta melindungi hak atas tanah kelahirannya maka bangsa Indonesia harus berada dalam kepemimpinan ORANG INDONESIA ASLI. Inilah dasar historis -  kultural pasal 6 UUD 45 ayat 1 yang asli. Silahkan bongkar kembali arsip -  arsip perdebatan dalam sumpah pemuda dan saat pembentukan UUD45 yang asli.

HABIB JANSEN BOEDIANTONO

Colek Abdul Hadi M Arief Pranoto Didin S. Damanhuri Dhanang Respati Puguh M Nurhuda



[7:15 PM, 3/8/2021] Jansen Boediantono: BAHLULISME HABIB JANSEN VERSUS LOGIKA FORMAL BANI KURCACI
Sebagai gurubesar filsafat padepokan wong selon terkejut juga menyaksikan narasi kurcaci- kurcaci pemuja kekuasaan yang ramai - ramai menyerang saya dibeberapa WAG. Bangunan logika formal mereka menurut saya hanya sekadar menunjukan khas manusia yang hidup dalam peradaban miring. Mereka tak lagi mampu membedakan antara esensi dengan eksistensi yang membuat orang tak lagi kritis pada situasi sosial. Cara berlogika seperti itu membatasi proses berpikir manusia pada hukum - hukum kelurusan berpikir tertentu. Terjebak pada suatu bentuk lalu mengabaikan isi pernyataan yang dianggapnya merusak realitas.

Hehehehe, padahal saya hanya ingin mengisyaratkan, bahlulisme sekalipun hanya kritik yang menggunakan canda dan tawa, serta bentuk realitas yang berada diluar hukum logis, namun dapat membuka ruang dialektika pemikiran pada suatu masyarakat yang mengalami penyumbatan informasi.
๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ๐Ÿคฃ



[7:41 PM, 3/8/2021]
Jansen Boediantono: AHLAK MULIA SEORANG PEMIMPIN UMAT

Alkisah ditahun 1970 Raja Faisal dari Arab Saudi datang ke indonesia dan menyambangi tokoh -  tokoh islam.  Saat bertemu KH Idham Chalid beliau menanyakan pendapat pak kyai tentang mr X yang juga tokoh besar islam waktu itu

" Wah beliau itu orang baik. Jasanya sangat besar pada umat dan negara kami ",  demikian pendapat  kyai Idham Chalid

Raja Faisal pun terkejut mendengar jawaban tersebut.  Lalu berkata, "  Kok tidak sama ya ? Saat saya bertemu beliau (  mr X ) sangat membenci anda. Tak ada satu pun cerita yang baik tentang anda ".

" Ah biarkan saja. Siapapun berhak menilai saya sesuai yang diinginkan. Yang penting saya tak seperti yang mereka nilai.  Dan saya selalu berprasangka baik pada orang yang tak menyukai saya ",  jawab kyai idham Chalid

" Subhanallah ! ",  ucap Raja Faisal yang tercengang mendengar jawaban tokoh yang pernah menjadi ketum PBNU terlama tersebut.

Cerita ini disampaikan untuk mengingatkan : demikianlah seharusnya akhlak pemimpin umat  tidak membalas kebencian dengan kebencian,  menutupi aib orang lain bahkan aib dari orang yang membencinya.

Habib Jansen Boediantono



[10:00 AM, 3/8/2021]
Apriany: "KENAPA ALLAH KUMPULKAN KITA DI GROUP INI ?"

Allah mempertemukan kita untuk satu alasan.....

Entah untuk memberi atau menerima,

Entah untuk belajar atau mengajarkan,

Entah untuk bercerita atau mendengarkan,

Entah untuk sesaat atau selamanya,

Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya,

Semua itu tidak ada yg sia-sia, karena Allah yg mempertemukan,

Hidup kita saling mengisi terkadang  bersinggungan,

Bisa jadi kehadiran kita adalah jawaban atas doa2 sahabat kita, sebagaimana merekapun adalah jawaban atas doa2 kita,

Jika sudah menjadi takdir Allah, meski dengan jarak beribu2 mil kilometer kita tetap akan di pertemukan, dalam satu ikatan bernama UKHUWAH

** _Disini, selalu membuatku ingin tetap tinggal, didalam hati dan doa2 sahabat_

_Sampai detik ini kita hebat..! Detik berikutnya semoga semakin hebat._

Rasulullah shallallahu a'laihi wa sallam bersabda :
_*"Sesungguhnya di antara hamba2 Allah terdapat orang2 yg bukan Nabi dan bukan pula Syuhada, tetapi para Nabi dan Syuhada cemburu pada mereka dihari kiamat nanti, di sebabkan kedudukan yg diberikan Allah kepada mereka."*_

Para sahabat bertanya :
_*"Yaa Rasulullah, beritahukan kepada kami, siapakah mereka ? Agar kami pun bisa turut mencintai mereka."*_

Lalu Rasulullah shallallaahu a'laihi wa sallam menjawab :
_*"Mereka adalah orang2 yg saling mencintai karena Allah, tanpa ada hubungan keluarga dan nasab di antara mereka. Demi Allah, wajah2 mereka pada hari itu bersinar binar bagaikan cahaya di atas mimbar2 dari cahaya. Mereka tidak takut disaat manusia ketakutan, dan mereka tidak sedih di saat manusia bersedih."*_
(HR. Abu Dawud)

Dalam Hadits lain di sebutkan :

_*"Di sekitar Arsy Allah ada menara2 dari cahaya, di dalamnya terdapat orang2 yg pakaiannya dari cahaya, wajah2 mereka bercahaya. Mereka bukan Nabi atau pun Syuhada.*_
_*Para Nabi dan Syuhada iri kepada mereka"*_

Ketika ditanya para sahabat :
_*“Siapakah mereka itu Yaa Rasulullah ?”*_

Rasulullah menjawab :
_*“Mereka adalah orang2 yg saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.”*_
(HR. Tirmidzi)

Semoga kita di  golongkan dengan  orang2 yg dicemburui oleh para Nabi dan Syuhada.

Semoga UKHUWAH kita yg terjalin dan di landasi oleh kasih sayang dan saling mencintai karena Allah SWT.

Masyaa Allah...

Rasulullah shallallahu a'laihi wa salam pun bersabda :

ุงู„ุฃุฑูˆุงุญُ ุฌู†ูˆุฏٌ ู…ุฌู†َّุฏุฉٌ
 ูู…ุง ุชุนุงุฑู ู…ู†ู‡ุง ุงุฆุชَู„َู  ูˆู…ุง ุชู†ุงูƒَุฑ ู…ู†ู‡ุง ุงุฎุชู„ู```

"Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yg dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka, maka akan bersatu. Dan yg saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.”
(HR. Muslim 6376)




Selasa, 23 Februari 2021

Teal Swan @_tealswan: Mengapa Dunia Begitu Terbagi - Cara Menciptakan Persatuan Di Dunia Saat Ini

Persatuan Indonesia



Cara Menciptakan Persatuan di Dunia Saat Ini

Link Video artikel ini: Mengapa Dunia Begitu Terbagi - Cara Menciptakan Persatuan di Dunia Saat Ini

Tidak perlu seorang jenius untuk melihat dunia saat ini dan untuk melihat betapa terpecahnya orang. Sehubungan dengan hampir setiap subjek, ada sisi konkret. Ini menciptakan polarisasi yang dramatis. Polarisasi itu memicu perpecahan dan perang. Terutama karena begitu banyak polarisasi yang ada saat ini tentang ketakutan, ketidakamanan, dan karenanya nilai-nilai yang dipegang mendalam. Jadi, apa yang kita lakukan jika kita inginkan persatuan di dunia?

Hal pertama yang harus kita lakukan adalah melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi. Kita masing-masing memiliki pengalaman hidup berbeda. Kita mungkin saja berbagi pengalaman ini dengan orang lain yang kemudian lebih berhubungan dengan kita daripada orang lain. Dan pengalaman hidup menyiratkan kontras. Ini menyiratkan mengalami baik yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Ini menyiratkan nikmat dan rasa sakit. Cara yang lebih sederhana untuk mengatakan ini adalah bahwa semua orang mengalami trauma berbeda selama hidup mereka serta kegembiraan berbeda. Trauma dan kegembiraan ini mengarah ke preferensi tertentu. Menyebabkan ketakutan tertentu. Mengarahkan ke kebutuhan dan keinginan tertentu. Dan kebutuhan dan keinginan itu mengarah pada nilai-nilai yang sangat spesifik. Untuk lebih memahami tentang bagaimana kebutuhan mengarah pada nilai-nilai, simak video saya berjudul: The Value Realization (A Realization That Can Completely Change Your Self Worth). Tidak ada yang lebih mempolarisasi orang daripada ketika mereka memegang nilai-nilai yang berbeda atau bahkan bertentangan. Dan tidak ada yang lebih mempolarisasi orang daripada ketika mereka memegang nilai-nilai berlawanan relatif terhadap situasi mereka rasakan bahaya.

Ketika pengalaman hidup kita sendiri mendorong kita ke arah kita kembangkan ketakutan, preferensi, informasi, kebutuhan, keinginan, dan nilai berbeda, kita sering berakhir di realitas berbeda satu sama lain. Kita mungkin mengalami situasi persis sama, tetapi kita pahami situasi itu sangat berbeda, bahkan sampai kita merasakan kebalikan satu sama lain. Ketika ini terjadi, artinya kita mulai hidup dalam realitas persepsi paralel. Dan ini jenis realitas paralel paling bahaya. Jika Anda ingin pahami dinamika ini mendalam, Anda dapat simak video saya berjudul: The Most Dangerous Parallel Reality. Pada dasarnya, kita akan mulai bereaksi sebagai tanggapan langsung terhadap realitas yang kita, rasakan sendiri. Jika orang lain setuju dengan persepsi kita, selanjutnya memicu reaksi kita terhadap persepsi itu.

Untuk melihat gambar ini dengan jelas, saya akan berikan contoh:

1. Orang A tumbuh di rumah yang tidak berfungsi dengan orang tua yang bermusuhan dan mengontrol. Orang ini belajar berdasarkan pengalaman hidup mereka sendiri bahwa mereka tidak dapat mempercayai pihak berwenang. Mereka menjadi sangat peka terhadap dinamika kekuasaan dan bahaya kendali pemerintah. Mereka mengembangkan kebutuhan mendalam akan kedaulatan dan karenanya salah satu nilai utama mereka adalah kebebasan. Karenanya, ketika pemerintah memutuskan memberlakukan aturan dan regulasi, hal ini segera mengancam nilai-nilai mereka dan mereka menjadi super sadar akan bahaya pengambilalihan pemerintah dan mereka mulai hidup dalam kenyataan bahwa pemerintah itu korup dan ingin melucuti kedaulatan mereka.
 
2. Orang B mengalami rasa sakit dalam hidup mereka sebagai akibat orang melakukan apapun mereka inginkan, tidak peduli dampaknya terhadap orang lain. Mereka merasa sangat tidak aman ketika tidak ada otoritas untuk memberlakukan aturan dan regulasi untuk memastikan kesejahteraan semua orang. Karena itu, mereka menghargai tatanan sosial dan mereka menghargai standar berhubungan dengan perilaku manusia. Bagi orang B, ada hal yang jelas yang benar dan ada hal yang jelas yang baik dan mereka percaya bahwa aturan harus ada untuk menjamin bahwa semua orang berperilaku seperti itu dengan benar dan baik. Karenanya, ketika pemerintah memutuskan untuk memberlakukan aturan dan regulasi, mereka berkata “sudah waktunya”. Mereka dengan jelas melihat bahaya yang melekat pada setiap orang secara narsistik melakukan apapun yang mereka inginkan, tidak peduli kerugiannya bagi orang lain. Jadi, mereka merayakan dan mulai hidup dalam kenyataan bahwa pemerintah bertindak untuk kepentingan terbaik rakyat.

Karena perbedaan pengalaman hidup orang A dan orang B dan karenanya ketakutan dan kebutuhan yang berbeda serta nilai yang berbeda, mereka sekarang hidup dalam dua realitas persepsi paralel yang berbeda. Realitas mereka dalam kasus ini terpolarisasi dan sebaliknya. Karena itu, masing-masing melihat satu sama lain sebagai tidak kompeten, bodoh, buta, dan tanggung jawab… Karenanya, sebuah ancaman! Polarisasi inilah yang dengan mudah dapat menyebabkan perang. Polarisasi apapun mengenai nilai-nilai yang melibatkan rasa keamanan pribadi dapat dengan mudah menyebabkan perang.

Jadi, jika kita menginginkan persatuan, bagaimana kita mundur dari kekacauan ini? Pertama, kita melangkah ke tempat kesadaran DAN. Jika Anda ingin paham mendalam tentang kesadaran DAN, Anda dapat simak video saya berjudul: And Consciousness (The Modern-Day Replacement For The Middle Way). Kita menyadari bahwa kapanpun kita benar-benar terpolarisasi, ada sesuatu yang tidak kita lihat, tidak rasakan, tidak dengar, tidak pahami, dan berpotensi menekan. Kita harus pertimbangkan bahwa kita mungkin memegang satu sisi pandangan kebenaran dan pihak lawan mungkin memegang sisi lain pandangan kebenaran. Dengan kata lain, kebenaran obyektif mungkin muncul dari penggabungan kedua perspektif yang saat ini terpolarisasi.

Kemudian, kita harus berhenti saling menjatuhkan. Pandangan berlawanan biasanya secara alami membuat satu sama lain tidak valid. Tetapi ketika kita berada dalam realitas persepsi tertentu, kita tidak melihat apa-apa selain bukti untuk persepsi itu, jadi pembatalan ini tidak mengubah pikiran kita. Menyebabkan kita merasa gila dan seperti orang lain telah kehilangan akal sehat mereka dan seperti kita terjebak dalam cahaya gas kolektif. Juga, ketika kita melawan dan mengambil tindakan dari dua realitas yang berbeda ini, kita akhirnya hanya akan memperkuat dan karena itu memperkuat keyakinan dan nilai-nilai orang lain saat ini. Kita menyebabkan polarisasi lebih lanjut. Kita harus berhenti meremehkan satu sama lain atau bahkan mencoba membuat satu sama lain mengubah persepsi kita. Sebagai gantinya, kita harus alihkan fokus kita ke perkiraan pihak lain tentang ketidakamanan… Kerentanan dalam 'perang' yang mereka lakukan.

Kenyataannya, ketika terjadi polarisasi berdasarkan persepsi tidak aman, kedua belah pihak seringkali secara jelas melihat bahaya melekat di pihak lain. Sebuah analogi adalah bahwa dua orang saling berhadapan berjalan mundur. Dan masing-masing memiliki penurunan tipis di belakang mereka. Orang A dapat melihat orang B berpaling, tetapi tidak dapat melihat miliknya sendiri dengan jelas. Orang B dapat melihat orang A berpaling, tetapi tidak dapat melihat miliknya sendiri dengan jelas. Jadi, masing-masing memegang kebenaran tentang bahaya dari sudut pandang orang lain, tetapi tidak dari sudut pandangnya sendiri. Kesadaran ini menyebabkan kita berhenti berjalan mundur… menuju berjatuhan kita sendiri.

Dari sana, kita perlu memilih cinta. Ini tidak berarti memutuskan untuk merasakan positif tentang mereka. Ketika saya katakan memilih cinta, yang saya maksud adalah memilih untuk memasukkan orang lain sebagai bagian diri Anda. Untuk lebih memahami apa itu cinta, simak video saya yang berjudul: What Is Love? Ketika Anda memilih untuk mencintai, kepentingan terbaik orang lain menjadi bagian dari kepentingan terbaik Anda. Keamanan mereka menjadi bagian keamanan Anda sendiri. Dan Anda dapat memberikan perhatian Anda untuk menjaga ketidakamanan mereka. Benar-benar memahami pengalaman kehidupan pribadi mereka, kerentanan dan ketakutan mereka adalah satu-satunya cara untuk melakukan ini. Itu juga satu-satunya cara bagi kita untuk meletakkan pedang kita dan benar-benar terbuka terhadap hal-hal yang mungkin tidak kita lihat sendiri dari realitas persepsi kita. Kita semua menjalani kehidupan berbeda, sehingga orang lain mungkin memiliki pengetahuan orang pertama tentang sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan, dengar, lihat atau alami sebelumnya. Artinya, siapa pun bisa memegang sepotong kebenaran yang belum kita masukkan ke kesadaran kita.

Ini adalah keintiman dan penyesuaian terhadap kerentanan yang akan menjembatani kesenjangan antara realitas paralel yang berbeda ini yang membuat kita benar-benar sendirian dan terpolarisasi. Inilah yang memungkinkan Anda mengakomodasi ketidakamanan orang lain sebagai lawan dari memainkan permainan zero-sum sejauh menyangkut Anda dan keselamatan mereka. Mainkan permainan “Jika mereka benar tentang perkiraan mereka tentang ketidakamanan yang ada, bagaimana cara mengurangi bahaya itu bagi mereka?” Sekarang pikirkan tentang dunia di mana kedua 'pihak' melakukan ini satu sama lain. Mereka tidak akan beristirahat sampai mereka tiba di skenario win-win.

Menggunakan contoh kita sebelumnya, Orang A akan fokus pada bagaimana mengurangi risiko orang melakukan apapun yang mereka inginkan, terlepas dari dampaknya pada orang lain dan mengambil tindakan untuk menunjukkan kepada orang B bahwa mereka benar-benar mempertimbangkan dan menjaga kesejahteraan mereka. Orang B akan fokus pada cara mengurangi risiko pemerintah melampaui jangkauan dan mengambil tindakan untuk menunjukkan kepada orang A bahwa mereka benar-benar tertarik untuk mempertahankan kebebasan mereka. Percaya atau tidak, ini tidak utopis kedengarannya karena cukup mudah untuk menemukan skenario menang-menang ketika kedua orang benar-benar merasa satu sama lain secara aktif menjaga kepentingan terbaiknya.

Umat manusia harus belajar mengakhiri permainan zero-sum. Sejujurnya kepada Anda, melakukannya bukan lagi suatu kemewahan, ini kebutuhan. Dan permainan zero-sum hanya akan berakhir ketika orang memilih untuk mengakomodasi kenyataan dari mereka berdiri di sisi berlawanan dari pertarungan. Semoga pemahaman yang saya berikan hari ini, akan membantu Anda membuat pilihan itu dan menjadi kekuatan yang kuat untuk penyatuan daripada polarisasi.

Saya akan meninggalkan Anda dengan pertanyaan yang harus Anda tanyakan pada diri sendiri: Bagaimana pengalaman hidup pribadi saya (terutama mengenai rasa sakit dan ketidakamanan) mengendalikan persepsi saya tentang kenyataan? Bagaimana mungkin itu membatasi persepsi saya hanya pada satu sisi kebenaran. Bagaimana itu bisa dikendalikan oleh nilai-nilai dan oleh karena itu tindakan selanjutnya apa yang akan saya ambil?

Mbah Nun dan Sabrang Noe
Seri Pilot Bangsa
1. Sepuluh Persen Manusia Menurut Allah

2. Optimal dan Maksimal Menurut Allah

3. Kelengkapan Optimal Figur dalam Demokrasi

4. Aku Anak Sholeh

5. Mempelajari yang Pasti Dilakukan

6. Gatal Untuk Membersihkan

7. Membiasakan Diri Tuntas Menghargai

8. NU dan Muhammadiyah Masa Depan Bangsa

9. Revolusi Akhlak Untuk Semua

10. Perkawinan Revolusi Mental & Revolusi Akhlak

11. Sebelum (Menjelang Cahaya) Jarak Antara Musyawarah dan Mufakat

12. Keluarga Sakinah Indonesia Masa Depan

13. Keluarga Indonesia Rahman dan Mawadah Untuk Sakinah

Rabu, 10 Februari 2021

Parampara & Sampradaya, Interfaith Dialogue & Dialog Nasional

UUD45 Asli: Pasal 29 (1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


Nahdlatul Ulama - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Muhammadiyah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Partai Masyumi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Front Pembela Islam - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Sidang agung Buddhis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sangha Agung Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sangha Mahayana Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sangha Theravada Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Parampara (disambiguation) - Wikipedia

Guru–shishya tradition - Wikipedia

Advaita Guru Paramparฤ - Wikipedia

Sampradaya - Wikipedia

Sampradaya - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas



Merekonstruksi Hindu: Merangkai Kembali Filsafat Veda yang Terdistorsi (Resensi Buku) - Kompasiana.com

(PDF) Merekonstruksi Hindu | I Wayan Ngarayana - Academia.edu


m buku bali: Mari Berdialog Pengetahuan Veda

Narayana Smrti

Faktor-faktor Penyebab Perkembangan Sampradaya di Bali Halaman all - Kompasiana.com

Parisada Hindu Dharma Indonesia - Sekta dan Sampradaya dalam Agama Hindu

Fenomena Sampradaya dalam dinamika agama Hindu di Bali

Menag Revisi Buku Pelajaran Hindu soal Ajaran Sampradaya : Okezone Nasional

Revisi Buku Agama Hindu yang Memuat Ajaran Sampradaya - Redaksi9.com

NUSABALI.com - Sampradaya Non Dresta Bali Dilarang Pakai Pura

Soal Sampradaya, PHDI dan MDA Bali Keluarkan Keputusan Bersama | BALIPOST.com

advaita - Does Swami Vivekananda belong to Shankara parampara? - Hinduism Stack Exchange

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan

101 Tahun ITB dan Tokoh Tionghoa yang Terlupakan https://t.co/uiGUXUaTOg pic.twitter.com/qxFePwV8ZQ — KoranDNM (@Koran_DNM) June 27, 2021 ...